Parvis tidak menyerah untuk mendatangi Izek setelah kemarin pria itu meninggalkannya dengan cukup kasar karena tanpa mengatakan sepatah kata apapun padanya.
Hari ini Parvis kembali datang di pagi hari setelah langit berubah dari mendung ke cerah. Tentu saja tujuannya datang ke sini untuk bertemu dengan Izek, setidaknya berbicara sebentar. Tak masalah tanpa topik sekalipun, Parvis hanya ingin berbicara langsung dengan Izek.
"Nona Parvis?" Seperti sebelum-sebelumnya, Khalid menjadi orang yang selalu menyambut kedatangan Parvis dengan membukakan pintu pertama kali.
Sebelum Parvis sempat mengatakan apa-apa, Khalid menggelengkan kepalanya. "Tuan Duke belum kembali dari kemarin, Nona. Mohon maafkan saya karena harus menyampaikan kabar yang kurang menyenangkan kepada anda."
Parvis tak langsung menyahut, bola matanya membesar memperjelas kekecewaan dibalik senyum manisnya itu. "Ah, jadi begitu ya..."
"Maafkan saya, Nona." Sesal Khalid sebab dapat merasakan kekecewaan Parvis.
"Tidak apa-apa." Mencoba terlihat biasa saja, Parvis memutuskan untuk pamit seperti kemarin. "Kalau begitu aku--" Akan tetapi belum sempat kalimatnya terucap sempurna, derap langkah kuda dengan cepat mengalihkan perhatian Parvis.
Ia menoleh ke belakang dan mendapati Izek baru saja pulang bersama dengan seorang gadis asing berambut sebahu yang belum pernah Parvis lihat dimanapun.
"Tuan Duke, salam." Sapaan manis segera Parvis layangkan bersama senyum tipis dan tundukkan kepala beberapa detik lalu mengarahkan tatapannya pada gadis yang baru saja melompat turun dari kuda dibantu oleh seorang penjaga.
"Aku mengkhawatirkan anda jadi aku datang." Ucap Parvis setelahnya, mencoba untuk tetap tersenyum dan menahan pertanyaan besar yang timbul dalam kepalanya.
"Aku baru saja kembali." Mengalihkan sejenak atensinya pada Parvis, Izek menanggapi seadanya. "Keadaanku baik-baik saja, Nona Loine. Kau tidak perlu khawatir."
"Anda pergi dengan terburu-buru kemarin."
"Aku sudah kembali, Nona Loine." Izek memberi jawaban dingin, ia baru saja pulang dan cukup melelahkan baginya untuk menjawab pertanyaan.
"Benar, anda sudah kembali." Dan benar saja, Parvis merasa murung setelah mendengarnya. "Kalau begitu Tuan Duke beristirahat saja dulu, aku bisa menunggu."
"Kau ingin mengatakan apa?"
Lagi dan lagi Izek bersikap dingin, mau bagaimana lagi? Sifatnya begitu dari awal namun Parvis belum bisa memahami dan mulai terluka karena sifat pria itu.
"Aku..." Sampai-sampai Parvis bingung ingin mengatakan apa pada Izek terlebih saat ini tatapan pria itu sangat tajam, Parvis merasa seperti sedang dibelah menjadi dua oleh laser tak kasat mata. "Aku... aku..." ia lalu berakhir diam, tak tahu harus mengatakan apa.
Melihat situasinya canggung dan gadis berpakaian mewah itu nampak tak nyaman, Eloni mencoba mencairkan suasana dengan menyapa Parvis.
"Nona, salam hormat." Ucapnya sambil tersenyum ke arah Parvis lalu membungkuk hormat karena sadar gadis itu merupakan bangsawan status tinggi. "Saya Eloni, Tuan Duke--"
"Eloni," Panggil Parvis memotong kalimat Eloni yang baru akan menjelaskan bagaimana ia bisa sampai ke sini. "Senang bertemu denganmu." Lanjutnya.
Dengan cepat Eloni mengangguk dan membalas senyuman tipis Parvis dengan senyum lebar. "Saya juga merasa sangat senang. Maaf jika pertanyaan saya lancang, tetapi Tuan Duke... apakah Nona ini yang akan saya layani?"
"Ya." Jawab Izek tanpa melihat, ia baru saja memberikan tali kekang kuda ke tangan Khalid. "Masukan kuda itu ke kandang, beri dia air dan makanan."
Eloni kemudian beralih lagi menatap Parvis ramah. "Nona, begini--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...