"Ahh... Ohhh! Ayohh... Ahhh!"
"Lebih cepat! Ahh... Ouchh..."
"Ahh!" Madam Rose menengadahkan kepala dengan mulut setengah terbuka yang baru saja menggaungkan desah begitu dirinya dan laki-laki yang ada dibawahnya mencapai puncak bersama.
"Berterimakasihlah karena aku telah memenuhi fetishmu untuk bercinta dengan wanita yang jauh lebih tua darimu." Ucap Madam Rose sembari beranjak turun dari atas perut lelaki itu lalu memakai kembali pakaiannya.
"Hah..." Si lelaki terkekeh, tak langsung berbenah seperti Madam Rose melainkan tetap berbaring sambil memperhatikan wanita yang tengah berpakaian di hadapannya.
"Lubangmu lumayan sempit untuk ukuran wanita tua." Komentarnya.
"Sial kau." Desis Madam Rose tak marah, ia malah tersenyum. "Lain kali kuminta bayaran tiga kali lipat."
"Jangan khawatir, ayah mertuaku sangat kaya. Hilang beberapa kantong emas tak akan membuatnya miskin dalam semalam." Sahut si lelaki beranjak mengubah posisinya menjadi duduk seraya mengulurkan tangan pada Madam Rose. "Tidak ada ciuman perpisahan?"
Madam Rose menoleh cepat dengan mata menyipit lalu decihan tipis terdengar dari bibir berlapis lipstik merah yang letaknya sudah tak beraturan. "Itu menjijikan."
"Akan kuberi tip."
"Ck! Baiklah!"
Madam Rose kembali naik ke kasur, berjalan menghampiri lelaki itu menggunakan lutut lalu membiarkan bibirnya diraup rakus oleh bibir si lelaki selama beberapa kali sebelum akhirnya lelaki itu menarik diri dan melempar kantong kecil berisi koin emas ke arah Madam Rose yang langsung ditangkap oleh wanita itu.
Kriett~ klak!
Sachi beranjak cepat menghampiri Madam Rose begitu pintu kamar terbuka dan wanita tersebut keluar dari baliknya. Sedari tadi Sachi menunggu Madam Rose selesai melayani pelanggan selama hampir seharian penuh, tepatnya dari pagi pukul sepuluh tadi sampai sore hari menjelang pukul lima.
"Madam," Dengan nada lembut Sachi memanggil wanita itu. "Aku ingin bicara soal semalam."
Madam Rose mendecak. "Oh ya? Giliran kau butuh aku, kau bicara lembut padaku."
"Aku minta maaf soal tamparan." Ujar Sachi membuat dirinya seakan-akan menyesal padahal tidak, merasa bersalah saja sama sekali tidak.
"Aku benar-benar tidak ingin bersama pria itu." Ungkap Sachi. "Mentalnya sangat sakit."
"Hmmm... lalu?" Madam Rose menanggapi tanpa melihat ke arah Sachi, dia sibuk menghitung lembaran uang yang dikeluarkannya dari balik buah dada. "Apa boleh buat, jika bayarannya tinggi aku tidak bisa menolak."
"Bagimu yang penting hanya siapa yang membayar paling tinggi, kan?"
"He'um." Angguk wanita itu.
Sachi berpikir sejenak, memutar isi otaknya lalu tersenyum kecil. "Aku akan membeli diriku sendiri dengan harga tertinggi yang jauh lebih tinggi dari siapapun."
"Memangnya kau punya uang, hu?"
Sachi terkekeh lalu menepuk bahu Madam Rose cukup kencang sampai pandangan wanita itu jadi fokus ke arahnya. "Kau tahu istana Persie? Setengah harta dari Pangeran Mahkota adalah milikku. Katakan berapa yang harus kubayar untuk membeli diriku sendiri?"
"Apa?" Dahi Madam Rose mengernyit, kerutan banyak timbul disana. "Kau bilang apa tadi?"
"Setengah harta Pangeran Mahkota Lennox Paxley adalah milikku." Ulang Sachi mempertegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...