18 | Izek : Proposal

14.4K 1.6K 529
                                    

"Anda pasti sudah mendengar bahwa saya sering berkunjung. Saya benar-benar sangat berterimakasih karena berkat anda--"

"Nona Loine," Panggilan Izek memotong ucapan Parvis dan sukses membuat bibir gadis itu terkatup cepat. "Ada yang ingin kusampaikan padamu."

"Mengenai apa, Tuan Duke?" Entah mengapa Parvis jadi tegang padahal Izek terlihat santai dan biasa saja.

"Maukah kau menikah denganku?"

Deg!

Seseorang tolong tampar Parvis sekarang! Ayo tampar!

Yang barusan itu... Parvis tidak salah dengarkan? Izek bertanya apakah Parvis mau menikah dengannya, benar? Serius!?

"Tuan Duke--"

"Diterima atau tidak." Izek memotong alasan meminta waktu yang baru akan Parvis buat.

Gadis itu tidak diberi waktu untuk berpikir lebih lama dari ini. Sorot tajam mata Izek membuat Parvis semakin gundah dan meremas kepalan tangannya erat sampai buku jarinya memutih seraya memikirkan jawaban apa yang baiknya ia berikan.

Pertemuannya dengan Izek tidak banyak, bisa dihitung dengan jari. Namun, pertemuannya dengan Lennox juga hanya sekali disaat mereka masih sama-sama anak kecil dan sekarang sudah pasti berubah jauh.

Parvis tahu ia bisa kena masalah apabila menerima tawaran pernikahan dari pria lain padahal posisinya masih bertunangan dengan Pangeran Mahkota, tetapi lagi-lagi pria yang duduk di depannya ini butuh jawaban sekarang juga.

Cinta yang tidak gila bukanlah cinta. Parvis pernah baca kalimat itu di sebuah buku tanpa ada niat mengingatnya seumur hidup, namun tiba-tiba saja kalimat itu menguap dalam kepalanya seolah mendukung Parvis untuk mengambil keputusan setuju dan menerima tantangan baru dalam hidupnya.

"Aku bersedia." Jawab Parvis menatap Izek lembut, menyingkirkan segala bentuk keformalan bicaranya terhadap pria itu dan tersenyum manis. "Aku bersedia menikah denganmu, Tuan Duke."

Perbincangan berakhir disana. Parvis pamit kembali ke kediamannya dan Izek mengantar gadis itu sampai ke teras depan lalu dilanjutkan oleh kereta kuda kediamannya yang secara khusus ia minta untuk mengantarkan Parvis pulang.

Melihat kereta kuda menjauh melewati gerbang, Izek menghela nafas lalu berbalik dan kembali masuk ke dalam dengan ekspresi berat di wajah.

Dilihatnya Khalid yang berdiri tak jauh dari pintu lalu ditanyanya. "Dimana gadis itu? Aku akan membayarnya."

"Nona Sachi?"

"Ada lagi selain dia?"

Khalid menggeleng. "Tidak ada, Tuan."

"Panggil dia." Pinta Izek ulang namun Khalid tidak beranjak sama sekali, menciptakan kecurigaan besar bagi Izek.

"Nona Sachi pergi entah kemana, barang-barang dan pakaiannya tidak ada di kamar." Jelas Khalid.

"Benarkah?" Alis kanan pria itu terangkat, namun membiarkan ekspresinya tetap datar dingin. "Aku baru mau membayarnya."

"Simpan emas-emas itu di gudang, Khalid." Perintahnya tak jadi membayar Sachi karena gadis itu kabur kata Khalid dan tindakan tersebut menyalahi aturan perjanjian.

"Aku tidak akan pernah kabur darimu, Tuan Duke."

"Lucu." Mengingatnya membuat cairan lambung Izek naik ke tenggorakan, menciptakan rasa pahit yang teramat menggelikan di lidah.

"Anda mau rokok?" Tawar Khalid.

Izek menoleh cepat. "Kita masih memiliki stok?"

"Keluarga Nona Loine mengirimnya sebagai bingkisan, ada banyak sekali yang dikirim seolah mereka melamar anda." Ucap Khalid menjawab dengan penjelasan lalu menunjukkan bingkisan yang dimaksud pada Izek, bingkisan itu berada diantara bingkisan lain yang tertumpuk rapih di sofa.

Relationship With AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang