"Hiks..."
"Nona, tolong jangan menangis terus." Eloni membujuk Parvis dalam kebingungan, sudah hampir dua hari gadis itu mengurung diri dan menangis di kamar bersama dengan Eloni yang diperintahkan untuk tetap berada di sisinya namun rupanya keberadaan Eloni tidak membuat perasaan Parvis menjadi lebih baik.
"Aku tidak bisa, Eloni." Parvis menyeka cairan hidung lalu meraih gulungan kertas yang ada dalam posisi terbuka di dekatnya. "Kau bisa baca? Kau tahu apa isinya? Pangeran Mahkota membatalkan pernikahan secara resmi dan sudah mengirim hadiah ganti rugi."
"Aku tidak bisa, Eloni..." Sepasang mata indah Parvis membengkak dan dipenuhi oleh air mata. "Aku mencintainya, aku sangat mencintai Pangeran Mahkota. Dia cinta pertamaku sejak aku kecil, sejak usiaku masih sepuluh tahun. Aku..."
"Tuan Duke sudah melamar anda, kan? Apa bedanya Nona? Anda akan menjadi seorang Duchess mendampingi Tuan Duke." Ujar Eloni mencoba memberi nasehat sekaligus menenangkan Sachi. "Tuan Duke kelihatan baik."
Parvis menggeleng. "Sulit bagiku berpura-pura tertarik padanya, Eloni. Kau sendiri lihat bagaimana dia memperlakukanku, kan?"
"Saya rasa itu... karena Tuan Duke sedang terburu-buru akan sesuatu, Nona."
"Kau bahkan lebih membelanya dibandingkan aku." Tangis Parvis semakin pecah, ia meraung-raung seolah ada sebuah pedang tertancap tepat di tengah dadanya. "Karena dia bersikap baik padamu, ya?"
Eloni menggeleng. "Bukan begitu Nona. Kasihan orang tua anda, Count dan Countess Loine sangat menghawatirkan anda."
Parvis menggeleng, ditepisnya tangan Eloni kencang. "Hatiku... hatiku terasa sangat sakit." Ungkapnya sembari menepuk-nepuk dada. "Rasanya sakit Eloni, sakit hiks..."
"Nona harus menahannya, itu akan segera membaik. Percaya pada saya, Nona akan baik-baik saja dalam beberapa hari ke depan." Eloni masih belum menyerah dalam upaya menenangkan Parvis, ia berlutut di samping gadis itu lalu memeluknya dari samping dengan erat.
Parvis tidak menolak, ia memang butuh pelukan sehingga saat Eloni memeluknya, Parvis membalas pelukan Eloni tak kalah erat sambil sesenggukan.
"Aku... a-a-ku... hiks..."
"Tidak usah bicara dulu, Nona. Sabar, ya?"
"Aku harus bertemu Pangeran Mahkota." Ujar Parvis tiba-tiba, menjauh dari pelukan Eloni seraya mengusap wajah basahnya.
"Ya, aku harus menemuinya." Gumam Parvis bersemangat, ia berdiri dan berlari kecil menuju lemari.
"Nona?" Mendengar keputusan mendadak Parvis, Eloni semakin merasa kasihan pada gadis itu.
"Nona, dengar--"
"Kau diam." Potong Parvis menatap Eloni sekilas lalu lanjut memilih gaun yang paling bagus untuk ia pakai menemui Pangeran Mahkota.
"Pangeran Mahkota akan menikah dengan gadis lain, Nona. Itu yang tertulis dalam surat pembatalan pertunangan resmi."
Usai mendengar kalimat Eloni, Parvis berhenti membolak-balik gaun yang dipegangnya dengan wajah kecewa lalu tangisannya pecah lagi.
Eloni meringis. "Baiklah, baiklah. Kita temui Pangeran Mahkota, ya?"
Tangisan Parvis mendadak berhenti, gadis cantik itu menoleh cepat pada Eloni dan menatapnya lekat. "Kau akan mengantarku?"
"Saya akan mengantar, Nona, tapi Nona harus makan dulu dan bersihkan tubuh Nona baru kita pergi. Setuju?"
Parvis menganggukkan kepala tanpa ragu, menaruh seluruh rasa percayanya pada Eloni setelah gadis itu bilang akan mengantarkannya untuk menemui Pangeran Mahkota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...