"Ayah! Ibu!" Parvis berteriak begitu ia turun dari kereta kuda sembari menjinjing gaun roknya guna memudahkan kedua kakinya untuk berlari ke teras rumah dengan ekspresi wajah histeris.
Begitu Darelin muncul, Parvis langsung memeluknya dengan erat dan menangis sesenggukan. Jelas saja tindakan putrinya itu membuat Darelin kebingungan setengah mati lantas menjatuhkan tatapan takut sekaligu penuh tanya ke arah Izek yang berdiri tepat di belakang Parvis.
"Kami diserang bandit lalu aku memutuskan untuk putar balik dan mengantarnya kembali pada kalian. Tidak perlu khawatir, akan kujelaskan betapa berbahayanya situasi di hutan perbatasa pada Ratu. Ratu akan mengerti bahwasanya lebih baik Nona Loine tetap disini." Izek mengucapakan kalimat panjang untuk pertama kalinya, lebih panjang dari kalimat yang pernah dikatakannya pada Khalid saat sedang berdiskusi.
"Tuan Duke telah menyelamatkanku, Ayah." Sambar Parvis tepat sebelum Darelin bicara. "Jika tidak maka salah satu dari bandit itu pasti sudah membawaku entah kemana."
"Benarkah?" Violetta muncul dengan nada khawatir, langsung mengulurkan tangannya mengusap puncak kepala Parvis dan berterimakasih kepada Izek berdasarkan pengakuan putrinya itu.
"Terimakasih banyak, Tuan Duke. Kami berhutang padamu." Ucap Violetta.
"Tuan Duke..." Hal yang sama juga dilakukan oleh Darelin seraya membungkuk hormat. "Terimakasih karena telah membawa putriku kembali dengan selamat."
Saat Izek akan menyahut, Parvis lebih dulu menoleh padanya sambil tersenyum manis. "Terimakasih lagi, Tuan Duke."
Tak seperti malam itu, tatapan Parvis menjadi lebih hangat. Agaknya gadis itu benar-benar dibuat kagum oleh tindakan berani Izek sebab rumor yang beredar tentang pria itu mengatakan bahwa dia sangat menikmati penderitaan orang lain terutama jika terjadi di depan matanya.
Namun Parvis melihat kalau Izek sendiri yang mematahkan rumor itu dengan menolongnya.
Bagi seorang gadis rumahan seperti Parvis, lolos dari kejadian mengerikan merupakan sebuah anugerah dan anugerah itu ada berkat Izek.
"Terimakasih." Bisiknya mengulang, entah untuk kesekian.
Dalam sekejap Izek tahu pandangan Parvis mengenai dirinya sudah berubah. Pandangan gadis itu terhadapnya selain hangat, dihiasi juga oleh rasa penasaran seakan-akan ingin mengenalnya lebih jauh untuk mematahkan rumor buruk yang sengaja Izek sebar melalui orang-orang bayaran.
"Kalau begitu aku permisi." Pamit Izek berbalik pergi.
Parvis terus memandang ke arah punggung tegap Izek yang lama-kelamaan menjauh dan hilang saat pemiliknya memasuki kereta kuda. Hendak melanjutkan perjalanan ke kota tanpa dirinya.
"Sibak tirainya kumohon... kumohon sibak tirainya... kumohon..." Parvis membatin seraya mengepalkan tangannya erat, tiba-tiba berharap Izek melihatnya lagi.
"Parvis, ayo masuk?" Darelin merangkul Parvis ingin membawa putri sematawayangnya itu ke dalam.
"Parvis?"
"Ck..." Decakan kecil muncul dari sela bibir Parvis.
"Ada apa, sayang?" Violetta mengambil alih Parvis dari rangkulan Darelin lalu membawa gadis itu masuk ke dalam rumah.
"Tidak apa-apa, Bu." Jawab Parvis kemudian seraya menoleh sekali ke belakang untuk melihat kereta kuda yang melaju meninggalkan perkarangan rumahnya.
Parvis diantar kembali ke kamar untuk beristirahat mengingat kejadian buruk baru saja menimpanya. Violetta berpesan agar Parvis mengganti pakaian terlebih dahulu lalu mengingatkannya sendiri di kamar.
![](https://img.wattpad.com/cover/373279351-288-k228427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...