Sachi buka kedua matanya yang terasa berat bersamaan dengan pusing tak terkira di setengah bagian kepalanya dan lemas yang sangat teramat seolah ia habis tidur dalam jangka waktu lama.
"Dia bangun, dia bangun!"
Samar-samar Sachi dengan suara gadis yang berseru dan memberitahu bahwa ia sudah bangun, entah kepada siapa. Sachi juga mendengar tapak sepatu seseorang mendekat ke tempatnya berbaring lalu sebuah tangan mengusap lembut dahi Sachi.
"Hai sayang, kita bertemu lagi umh..."
Suara tak asing itu seketika membuat kedua mata Sachi melotot, terbuka lebar-lebar. "Kau!?"
"Sshh..." Madam Rose meletakkan telunjuknya di bibir saat Sachi berteriak padanya. "Kecilkan suaramu, sayang. Kutinggalkan pekerjaanku demi menjagamu, lho."
Dahi Sachi mengerut bingung. "Apa maksudmu?" Ia lalu menyadari pergelangan tangan dan kakinya terikat oleh rantai juga kamar tempatnya berada merupakan salah satu ruang yang ada di sebuah kapal saat Sachi dengar suara khas ombak dari arah luar jendela bulat di sampingnya.
"Apa-apaan semua ini? Kau bawa aku kemana? Dan..." Sachi tak habis pikir, i kesal setengah mati. "Dan mengapa ada kau disini!?"
Madam Rose tidak jelaskan, ia menatap Sachi sambil tersenyum dan mengingat-ingat kejadian semalam saat Izek mendatanginya bersama Sachi yang tak sadarkan diri lalu menamparnya dengan banyak sekali uang.
"Tuan, untuk apa uang-uang ini?"
"Apa itu cukup untuk membuatmu menjauhkan Sachi dariku?"
"Seperti pergi ke tempat baru dan memulai kehidupan baru yang jauh dari sini, Tuan?"
"Ya."
"Anda benar-benar murah hati, ini lebih dari cukup. Bisa untuk hidup sampai tiga puluh tahun ke depan."
"Ambil dan jauhkan Sachi dariku."
"Baiklah, demi anda Tuan... saya akan pensiun lebih awal." Kekeh Madam Rose seraya mengumpulkan berbagai macam alat pembayaran yang Izek berikat padanya mulai dari uang, perhiasan, emas batang, sampai permata-permata mahal yang bisa dijualnya kembali.
"Lakukan. Bawa dia jauh dari sini, aku tak ingin melihatnya lagi." Tegas Izek memerintah lalu berjalan pergi meninggalkan Madam Rose yang sibuk memeluk uang-uang.
"Anak-anak!" Seru Madam Rose menginterupsi, "awasi dia, aku mau ke atas dan mengambilkan sarapan untuk sumber uangku tersayang."
"Tunggu!" Pekik Sachi. "Madam Rose! Jelaskan sesuatu padaku! Bagaimana aku bisa bersamamu... dan... dan kau mau bawa aku kemana!?" Ia memberontak, mencoba melepaskan rantai-rantai yang mengikat pergelangan tangan dan kakinya namun gagal. Terlalu kuat, tidak akan bisa terbuka tanpa kunci.
"Sial!" Umpat Sachi tak habis pikir dengan segala kesialan yang menimpanya dan sekarang tak tahu akan dibawa kemana ia.
**
Owek~ owek~
"Aaa~ berhentilah menangis!" Bentak Jeanne seraya menutup kedua telinganya menggunakan tangan.
"Ibuuuu!" Memanggil Marie, Jeanne tak tahan lagi. "Ibu, cepatlah!"
Marie berdecak, ia datang menghampiri putrinya dengan tergesa-gesa dan meninggalkan dapur beserta masakannya disana.
"Jeanne sayang, mengapa bayimu terus menangis?"
"Bagaimana aku tahu? Aku sudah memberinya susu, Bu. Seandainya Kak Sachi ada disini, dia pasti akan mengurus segalanya untukku." Decak Jeanne sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...