"Kau belum pergi?" Sachi menoleh ke arah pria yang duduk bersandar tepat di sebelahnya. Izek sedari tadi hanya diam tak mengeluarkan sepatah kata apapun dari mulutnya.
"Itu tak berarti apa-apa bagiku, sama sekali tidak berarti." Ucapan Sachi terdengar kejam tapi itulah kenyataannya.
Sachi tidak ingin menjalin hubungan atau terikat dengan siapapun seperti yang sudah-sudah di kehidupan lamanya.
"Aku juga." Izek menyahut dingin, berbeda jauh dari Izek yang semalam.
"Diluar ada pria itu, dia masih menunggu." Ucap Izek kemudian tanpa menatap Sachi.
"Terjadi salah paham diantara kami. Aku tidak bermaksud menyarankan pernikahan, tapi dia--"
"Aku bertanya?"
"Ha?"
"Apakah aku bertanya padamu, Nona Sachi?"
"Ah, benar. Kau tidak tanya." Merasa malu, Sachi buang muka ke arah lain.
"Jadi, kapan kau akan pergi dari sini Tuan Duke?" Tanya Sachi sambil memperhatikan sudut ruangan dan memilin-milin jemarinya gelisah.
"Setelah kau."
"Maksudnya? Aku tidak mengerti."
Izek menghela nafas kasar dan memperjelas. "Bekerja saja di kediamanku sebagai pelayan, setidaknya lebih baik daripada diajak menikah oleh pria tak jelas."
"Atau kau bisa jadi istriku jika mau."
Izek gila. Dia mencoba untuk menahan diri, namun kalimat itu terlontar begitu saja tanpa bisa ia kendalikan sebab ia sendiri tidak ingin menerima fakta mengenai hubungannya dengan Sachi.
"Berhentilah mengatakan omong kosong semacam itu, Tuan." Tegur Sachi namun diam-diam mengulas senyum. "Lagipula aku tidak perlu bantuanmu, aku akan segera pergi dari sini dan membawa temanku juga."
"Teman? Siapa?"
"Anna."
Izek mendecih teringat pada Eloni yang juga dikenalnya sebagai teman dari Sachi. "Kau terlalu mudah mempercayai seseorang."
"Bukankah kau juga begitu kepadaku? Langsung percaya saat kubilang akan kubantu mendapatkan Parvis." Balas Sachi mengingatkan kalau Izek lupa.
"Pulang saja bersamaku, bawa temanmu juga."
Sachi menoleh dan menyipitkan mata curiga. "Tidak sampai kau berhenti macam-macam. Bersikaplah seolah kita tidak pernah melakukan apa-apa, seperti baru bertemu pertama kali hari ini."
"Kulakukan." Angguk Izek patuh, apabila itu yang membuat Sachi nyaman untuk pulang bersamanya maka akan ia lakukan. "Jadi, kau pulang?"
"Ucapanmu terdengar seperti seorang ayah membujuk anak gadis yang kabur dari rumah." Cibir Sachi.
"Kalau kau memaksa baiklah." Sachi setuju, bukan tanpa alasan. Setidaknya lebih baik punya tempat tinggal sementara daripada tinggal luntang lantung di hutan bak monyet, kalau dia monyet sungguhan sih tidak apa-apa.
"Tapi ingat, konsisten." Peringat Sachi menekankan kalimatnya. "Aku tak ingin Parvis sampai tau, dia akan terluka. Bahkan sekarang aku sudah merasa sangat bersalah."
"Aku mengerti. Segera bawalah temanmu, aku menunggu di pintu belakang." Setelah mengatakan itu Izek bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Sachi sendiri di dalam kamar.
Menatap kepergian Izek, setelah pria itu jauh barulah Sachi beranjak turun dari kasur. Ia berdiri sambil menepuk-nepuk gaunnya yang kusut dan jangan khawatir, Sachi sudah mandi pagi kok. Gaunnya juga sudah berbeda, Sachi dapat dari Anna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...