17 | Sachi : Pacify

14K 1.5K 126
                                    

"Tetap disini, jangan keluar dari kamar apapun yang terjadi." Titah Lennox pada Sachi yang baru saja dibawa memasuki kamar asrama miliknya.

Sachi mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan merasa kamar itu cukup nyaman lalu berbalik seraya menunjuk Lennox tepat di wajah. "Kau... baru saja menyembunyikan seorang gadis di dalam kamarmu?"

"Ya. Kenapa?" Jawaban tak ramah terlontar dari bibir Lennox, wajar saja sikapnya jadi begitu usai tragedi tongkat lunaknya ditekan Sachi dengan brutal sampai ngilu bahkan Sachi tahu ukuran persis tongkatnya itu meski sudah mengelak.

"TOLON--MMPH!"

"Kau!" Untuk saja Lennox dengan cepat membungkam mulut Sachi sebelum gadis itu sepenuhnya berteriak minta tolong lalu cepat-cepat kaki kanannya mendorong pintu agar tertutup.

"Kau mau apa sebenarnya?" Tanya Lennox jengah.

Sachi terkekeh. "Jangan tersinggung, aku sedang belajar bersikap buruk seperti kesepakatan."

Lennox hampir kehabisan kesabaran kalau tidak menarik nafas dan menghelanya perlahan. "Sachi, itu namamu?"

"Apa terdengar seperti nama ibumu?"

Sabar Lennox, sabar. Orang sabar semakin tampan dan dikejar-kejar para gadis. Minimal sepuluh gadis yang masih p*er*awan dan gadis di depannya saat ini termasuk dalam pengecualian alias daftar hitam.

"Sachi, apa yang kau inginkan sekarang?" Lennox mengulang pertanyaannya dengan nada lembut namun penuh penekanan sehingga Sachi terkekeh mendengarnya.

"Aku mau makanan sesuatu yang terasa seperti mmm... sesuatu yang bertekstur lembut, meleleh, dan keras pada--"

"Kau mau makan pe*nis?"

Duk!

"Aaa--ARGHHHHHHHH!"

Lennox tumbang dengan kedua tangan memegangi tongkat pusaka yang baru saja ditendang Sachi. Lennox mana tahu kalau Sachi akan langsung mengincar bagian itu dengan kakinya padahal tadi Sachi melakukannya hal sama bedanya menggunakan tangan namun Lennox tak menyangka ternyata ia harus menjadi sangat waspada saat bersama Sachi.

"Sudah kubilang aku tak tertarik dengan tongkat lunak kecil menjijikkan milikmu--Eiuwh! Yang kumau itu sepotong kue dengan lapisan karamel renyah diluarnya." Omel Sachi.

Sementara Lennox posisinya masih berguling di lantai sebelum akhirnya berhenti dan menatap Sachi dramatis dengan keseluruhan wajah serta leher memerah.

"Tolong jangan memperlakukannya seperti tongkat sungguhan. Kalau aku mati kau tidak akan dapat sepeser pun uang." Ucap Lennox pada Sachi.

Sachi lalu menjawab sambil berkacak pinggang. "Maka berhentilah mengira aku tertarik melakukan hal-hal me*sum denganmu."

Nafas Lennox mendengus kasar, pria itu pelan-pelan bangkit berdiri masih dengan satu tangan memegangi tongkat lunaknya yang ngilu.

"Kue karamel? Kubawakan nanti." Ujar Lennox sebelum berjalan pincang meninggalkan kamar dengan tatapan layu.

Sachi hanya menyaksikan bagaimana pintu kamar itu tertutup. Lennox mungkin cukup mempercayainya karena tidak mengunci pintu dari luar, namun tetap saja Sachi tak ingin bergantung apalagi sampai memiliki hubungan dengan salah satu tokoh seperti hubungan dalam novel bertema transmigrasi pada umumnya.

Seraya menunggu Lennox kembali, Sachi membongkar isi laci di ruangan itu. Mencari kertas dan pena tinta untuk ia gunakan menulis poin-poin tuntutan perjanjian dari pihaknya.

Segera setelah menemukannya, Sachi menulis poin tuntutannya yang kurang lebih berisi demikian ;

1 • Jangan libatkan perasaan apapun selama perjanjian berlangsung

Relationship With AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang