12 | Sachi : Unhappy

17.2K 1.7K 87
                                    

"Khalid."

Deg!

Mendengar suara Sachi memanggil namanya, Khalid terlonjak kaget dan langsung berbalik. "Y-ya, Nona?"

"Kau seharusnya memanggilku Kanjeng Ratu, tapi lupakanlah karena ada hal penting yang ingin kutanya padamu." Ujar Sachi serius.

"Ada apa, Nona?"

"Apa kau takut dengan Tuan Duke? Sedikit takut atau apapun. Apa kau merasakannya?"

Khalid menggeleng pelan, namun setelah cukup lama diam akhirnya dia buka suara. "Awalnya saya agak takut namun waktu berjalan dan saya menjadi terbiasa."

"Oh..." Kepala Sachi mengangguk pelan. "Dan sejak kapan Tuan Duke memperhatikan Parvis?"

"Sepertinya sejak sebelum saya bekerja disini."

"Ah, benar... aku tahu itu." Anggukkan lainnya dilakukan Sachi.

"Boleh saya tahu apa yang terjadi sebenarnya?" Khalid berinisiatif bertanya siapa tahu bisa membantu sebab sama halnya seperti Sachi, meski sudah bekerja dengan Izek dari usia muda tetap saja di beberapa kesempatan Khalid merasa cemas apabila Sang Tuan mendadak mengurung diri di ruang kerja dan tak mempersilakan seorangpun masuk.

"Jadi, begini..." Sachi menceritakan segala hal yang terjadi, yang diketahuinya dari sudut pandang Izek mengenai Parvis yang takut terhadapnya. Jangankan Parvis, warga biasa kalau melihat Izek dari jauh saja langsung lari terbirit-birit karena takut terkena masalah.

"Kurasa Tuan Duke kecewa dan sedih karena itu. Apa sebelum-sebelumnya dia pernah begini?"

Khalid tak langsung menanggapi, ia diam sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Belum. Ini pertama kalinya Tuan mengurung diri karena reaksi Nona Parvis. Sebelumnya Tuan memang pernah mengurung diri, tetapi bukan karena Nona Parvis."

"Aku mengerti." Sahut Sachi seraya berjalan mondar-mandir. "Kita harus lakukan sesuatu. Sebuah cara untuk... membuat Parvis terkesan!"

"Anda punya rencana?" Tanya Khalid.

Sachi menggeleng. "Belum. Dalam lapar jangankan merancang rencana, masih bisa berpikir jernih saja sudah luar biasa."

"Anda mau saya bawakan makanan?"

"Izek suka sesuatu?"

"Mungkin sesuatu yang manis dapat memperbai suasana hati, Tuan. Saya tidak begitu tahu." Jawab Khalid peka.

"Kurasa aku punya ide."

"Kau akan memasak sesuatu untuk Tuan?"

Dahi Sachi mendadak berkerut banyak. "Aku? Mengapa harus aku? Seluruh pelayan di rumah ini sudah mati?" Ia menjawab dengan nada menyebalkan yang dapat membuat siapa saja jengkel mendengarnya, namun kalau dipikir ulang ucapan Sachi benar.

"Suruh mereka buat sesuatu." Timpal gadis itu.

"Membuat--"

"Apa saja. Kau yang jauh lebih tahu mengenai makanan para bangsawan dari pada aku." Potong Sachi tepat saat Khalid ingin bertanya baiknya dia meminta koki memasak apa.

"Saya akan memikirkannya."

"Selagi pelayan membuat, aku akan memikirkan rencana untuk membuat Parvis terkesan pada Tuan Duke." Ujar Sachi.

Khalid mengangguk lagi untuk kesekian kalinya, ia dan Sachi sama-sama pergi ke dapur. Sesuai dengan ucapan Sachi, Khalid meminta koki membuat makanan yang dapat memperbaiki suasana hati sementara Sachi nampak duduk tak jauh dari sana sambil termenung menangkup dagu sampai setengah jam berlalu.

Relationship With AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang