9 | Sachi : Flower

16K 1.6K 152
                                    


"Kanjeng Ratu Sachi--"

"Ya, sayang?" Sachi menyahut dengan cepat begitu Khalid memanggilnya sesuai dengan keinginannya.

Ditatapnya lelaki itu genit. "Ada apa lagi?"

Seraya meneguk ludah ngeri, Khalid mencoba mengumpulkan keberanian lebih banyak dan mendoktrin otaknya dengan kalimat 'Nona Sachi hanya bercanda' secara berulang lalu menjawab. "Karangan bunga ini kuletakkan begitu saja di depan kediaman keluarga Nona Parvis atau kuantar langsung padanya?"

Sachi merenung, tengah berpikir sejenak sambil memegangi dahu diantara sela jarinya. "Kita kirim orang lain. Kau dan aku akan menyaksikan dari jauh bagaimana reaksi Parvis saat menerima karangan bunga."

Setelah mendengar keputusan Sachi, Khalid mengangguk. "Baik No--maksudku, Kanjeng Ratu."

"Penurut sekali." Sachi terkekeh dengan nada yang menyeramkan lalu meraih lengan Khalid, membuat pemuda itu tersentak di tempat dan reflek menarik tangannya lepas dari sentuhan Sachi yang kini nampak mengerucutkan bibir cemberut.

Namun hal itu justru membuat Sachi semakin senang menggoda Khalid dengan melontarkan kalimat. "Kau mau ciuman, ya?"

"Ti-tidak!" Tolak Khalid menggeleng kuat. "Nona--Kanjeng Ratu, saya mohon!"

"Mohon? Aku bahkan belum mulai sama sekali." Sachi terkekeh lagi. "Kau sudah memohon ampun agar aku berhenti~"

"Nona Sachi, tolong jangan seperti ini." Ucap Khalid berusaha tegas sembari menggenggam pergelangan tangan Sachi, menangkapnya tepat waktu sebelum tangan gadis itu menyentuh wajahnya. "Tolong hentikan, Nona Sachi. Saya sama sekali merasa tidak nyaman."

"Hmm... lalu?"

"Tolong berhenti." Pinta Khalid dengan nada memelas sedangkan Sachi nampak mengangguk asal, tak begitu peduli.

"Aku tidak mau." Gadis itu menolak setelahnya. "Aku tidak akan benar-benar melakukannya, aku hanya... suka menggodamu karena aku jahil? Sepertinya."

"Saya ini laki-laki."

"Aku... aku tidak pernah bilang kau perempuan!" Seru Sachi ketus.

"Saya memperingatkan anda, Nona--"

"Kanjeng Ratu!"

"Kanjeng Ratu." Sahut Khalid pelan seraya mengalihkan pandangannya dari wajah Sachi, mencoba untuk menghindari kontak mata langsung dengan perempuan itu.

"Akui saja kalau kau ingin ciuman denganku." Celetuk Sachi tambah kurang ajar. "Ya, kan?"

Tanpa menunggu jawaban Khalid, Sachi berkata lagi. "Cium saja, aku tidak akan menampar atau mendadak berteriak."

Khalid mengatupkan bibir rapat, dibaliknya ia tengah meneguk ludah saat Sachi semakin mendekat dengan ekspresi menggoda yang menyebalkannya Khalid akui tidak bisa terus mengabaikannya.

Sendirinya pun Khalid sudah bilang kalau dia laki-laki, tetapi Sachi tidak mau dengar dan tetap terus menggodanya. Walau Khalid tahu Sachi hanya bercanda, tak benar-benar ingin menciumnya bahkan setelah Sachi mengatakan kalimat semacam tak akan menampar atau berteriak tiba-tiba tetap saja tak menjamin Sachi tidak bercanda. Jadi, Khalid hanya menahan diri dan berusaha menghindari Sachi.

Dilihatnya gadis itu semakin mendekat serta meraih masing-masing bahunya dengan hati-hati lalu menggerakkan tangan berjari lentiknya itu menuju punggung Khalid seolah ingin memeluk.

"Kalian masih disini?" Suara Izek seketika menghentikan pergerakan Sachi, membuat gadis itu cepat-cepat menarik diri dan menjauh dari Khalid dengan wajah kesal ditujukan pada pemuda itu lalu tersenyum pada Izek.

Relationship With AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang