26 | Lennox : Fever

13.3K 1.6K 333
                                    

"Pangeran Mahkota, maafkan saya mendatangi anda di pagi buta. Saya diminta menyampaikan berita buruk oleh Perdana Menteri." Pelayan wanita berbicara pada Lennox yang masih menguap, kedua matanya saja belum niat terbuka meski pemiliknya sudah berdiri diluar pintu kamar.

"Ya, apa itu?" Sahut Lennox tak niat, ini masih pukul lima pagi dan seluruh tubuhnya terasa seperti mau rontok sehabis perjalanan panjang bersama gadis yang penalarannya diatas rata-rata manusia umum.

"Raja dan Ratu terkena demam tinggi."

"Ayah dan ibu?" Seketika kedua mata Lennox menjadi segar. "Bagaimana mungkin? Bukankah kemarin mereka baik-baik saja? Apakah mereka habis melakukan kegiatan berat disini?"

Si pelayan menggeleng. "Raja dan Ratu demam sejak semalam, beberapa setelah berbicara dengan Nona yang datang bersama anda."

"Apa!?" Kini Lennox dibuat melotot pagi-pagi, rasa kantuknya sirna dalam sekejap. "Ayah dan Ibu bicara dengan Sachi!?"

Demi Dewa mana pun yang ada di muka bumi bisa-bisanya ia meloloskan gadis itu dari pengawasan. Lagipula mengapa ayah dan ibunya itu mengajak Sachi bicara di malam hari coba? Disaat semua orang harusnya tidur.

"Perdana Menteri menunggu anda di kamar tidur Raja dan Ratu. Beliau ingin bicarakan hal penting." Ucap si pelayan menambahkan.

"Baiklah, kau bisa pergi." Sebelum menemui Raja Zenokh dan Ratu Emilia, Lennox kembali ke dalam kamar untuk mencuci muka agar tak terlihat seperti benar-benar baru bangun tidur. Barulah setelahnya ia datang menemui Perdana Menteri di kamar kedua orang tuanya.

Dan secara tak terduga ada Sachi di depan pintu kamar orang tuanya sedang berdiri seolah-olah ingin menjelaskan sesuatu yang tidak perlu dijelaskan pun sudah tertebak dengan mudah.

"Apa yang kau bicarakan dengan ayah dan ibuku?" Tanya Lennox pada Sachi, mereka sedikit menjauh dari pintu karena takut terdengar sebab pintu kamar tersebut tak ditutup rapat.

"Aku mengatakan kejujuran." Jawab Sachi.

"Baiklah, kejujuran macam apa itu Nona kurang ajar?"

"Nona kurang ajar?" Satu alis Sachi terangkat mencoba panggilan baru yang Lennox berikan padanya.

"Aku suka panggilan itu." Angguknya senang betulan. "Ayah dan ibumu mengetuk pintu kamarku di malam hari, mereka membawaku ke Paviliun lalu mulai bertanya mengenai kelebihanku."

"Dan kau menjawab?" Lennox menunggu dengan wajah penasaran, satu tangannya ia tumpu pada dinding yang berada tepat di belakang Sachi.

"Mengarang, itu kelebihanku. Lalu aku mulai mempraktekkan kelebihanku itu dengan menceritakan sebuah karangan spontan."

"Dan karangan spontan macam apa itu, Nona Sachi???"

"Hehe."

Dapat membayangkan yang Sachi ucapkan pada ayah dan ibunya, Lennox menghela nafas tak habis pikir lalu menggelengkan kepalanya seraya memijat lembut pelipisnya.

"Aku dalam masalah. Ada pertemuan penting hari ini. Mereka memanggilku ke dalam pasti untuk membahas pertemuan itu." Beritahu Lennox pada Sachi yang memasang tampang tak peduli seolah-olah 'itu sih deritamu bukan deritaku' tergambar jelas di wajahnya.

"Aku... akan menyeretmu juga." Timpal Lennox tersenyum miring.

"Apa-apaan?" Dengkus Sachi. "Aku bisa jalan sendiri tidak perlu diseret, kau tak usah repot-repot." Ia lalu berjalan masuk ke dalam kamar Raja dan Ratu duluan, meninggalkan Lennox yang masih mencerna kalimatnya.

"Nona kurang ajar, persis." Gumamnya segera menyusul ke dalam.

"Pangeran Mahkota, salam hormat dari saya." Perdana Menteri membungkuk hormat kepada Lennox begitu melihatnya masuk ke dalam.

Relationship With AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang