"Karena menciptakan kejadian yang seharusnya masih sangat lama terjadi, aku harus terbiasa dengan perubahan ekstrem mulai sekarang." Sachi berujar pada dirinya sendiri di dalam hati mengingat adegan Parvis hampir diculik bandit memang ada dalam novel aslinya namun di halaman tiga ratus ke atas hampir empat ratus seingatnya dan Izek menyelamatkannya, membuat Parvis menjadi ragu sesaat dan terlibat kisah cinta segitiga lalu berakhir memilih Lennox di ending.
Jadi, sangat wajar apabila Parvis mendadak jadi lebih perhatian terhadap Izek karena adegan itu tetap akan terjadi bedanya sekarang telah dipercepat oleh Sachi.
"Tunggulah sebentar lagi, Nona. Baru saja kuminta bantuan dari salah satu murid untuk memanggilkan Pangeran." Ucap Penjaga gerbang akademi pada Sachi.
Gadis itu mengangguk, ia berdiri tak jauh dari gerbang sambil mengedarkan pandangan ke sekitar guna melihat-lihat akademi yang katanya disebut sebagai akademi termahal dalam novel dan hanya berisi kaum bangsawan kelas atas.
"Aku bisa bayangkan kesenjangan sosial di tempat ini." Batinnya.
"Ada urusan apa mencariku?" Suara lembut seorang lelaki menembus telinga Sachi, suara itu datang bersama tepukan lembut di bahu kirinya dan Sachi menoleh untuk melihat seperti apa Lennox itu.
"Pangeran Mahkota?" Tanyanya pelan.
"Ya, aku?" Lennox menyahut dengan sepasang tangan direntangkan lalu alisnya terangkat satu. "Kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Apa urusanmu?"
Sachi tak langsung menjawab, ia mengamati Lennox dari atas ke bawah dan melihat keseluruhan penampilan lelaki itu serta menilai ketampanan wajahnya yang memang lebih tampan dan lebih mewing daripada Izek.
Mata Lennox lalu menyipit, sama halnya seperti Sachi yang tengah mengamati dirinya, Lennox juga begitu dan merasa tak asing dengan rambut warna merah muda.
"Bacalah." Sachi kemudian mengulurkan gulungan kertas berisi tulisan Parvis yang ia palsukan pada Lennox sebelum pria itu salah paham dan mengira dirinya Parvis. Oh, bukan itu rencananya.
Dahi Lennox mengernyit sambil menerima gulungan kertas dari Sachi lalu membukanya perlahan tanpa melepaskan pandangan curiga terhadap gadis itu.
"Ini lelucon?" Tanya Lennox dengan nada serius saat mendapati kalimat-kalimat yang dianggapnya tak masuk akal tertulis disana. "Aku tahu ini tulisan Parvis, tunanganku. Tetapi, isinya lelucon, kan?"
Sachi tersenyum miring sembari melipat kedua tangan di depan dada lalu berkata. "Are you lost baby girl?"
"Kuharap Massimo datang dan menjemputku dari tempat mengerikan ini." Lanjutnya bergumam.
"Aku serius." Tak menanggapi ocehan Sachi, Lennox meminta penjelasan rinci gadis itu. "Apa maksud dari semua ini? Kawin lari? Parvis? Parvis bukanlah gadis yang seperti itu."
"Menurutku juga begitu." Ujar Sachi setuju. "Tetapi, ingatlah bahwa cinta harus panas dan membara. Ada pengorbanan dalam cinta dan tunanganmu itu baru saja melakukannya dengan melepasmu. Apa salahnya jika jatuh cinta? Kau akan segera mendengar pengumuman pernikahannya kok."
"Apa maksudmu?" Lennox beralih mengguncang bahu Sachi keras hingga gadis itu nyaris terjungkal ke belakang. "Jangan bermain-main denganku!"
"Ayolah, jangan bodoh." Sachi menepis tangan-tangan Lennox dari bahunya. "Kau tidak buta, kan? Kau sudah baca suratnya. Aku disini bukan tanpa alasan. Namun, jika kau merasa bisa mengatasinya sendiri maka aku pergi. Byee~ have a great time!"
"Sial! Tunggu!" Lennox berlari ke hadapan Sachi dan menghentikan gadis yang baru akan melangkah pergi itu. "Aku butuh penjelasan."
"Apa lagi?" Sepasang bola mata Sachi merotasi jengkel. "Semua sudah tertulis jelas dalam surat itu. Aku disini untuk mengantarnya dan kau tahu tugasku yang lain, aku dibayar untuk itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...