"Hei, sampai kapan kau akan mengikatku seperti ini?" Lennox membuka perbincangan dengan Alex yang ditugaskan menjaganya selagi yang lain menyantap makan malam di dalam. "Mereka bahkan tak mengajakmu makan malam bersama di dalam."
"Aku benci makan." Jawab Alex ketus.
"Kalau begitu panggilkan gadis bernama Sachi itu. Katakan aku ingin bicara." Pinta Lennox pada Alex.
Pria itu melirik sinis. "Kau menyuruhku?"
"Siapa lagi? Ayahmu yang harus kusuruh?"
"Ayahku sudah mati."
"Wah... kalian sudah sangat akrab rupanya." Celetuk Sachi muncul tiba-tiba bersama semangkuk makanan.
"Ah, aku lupa mengambilkan untukmu." Ucap Sachi pada sang lelaki kusir yang diikat tak jauh dari Lennox. "Kurasa nanti mereka bawakan, sabar ya."
"Dan kau..." Sachi menatap Alex, memandangi lelaki itu dari atas ke bawah seraya menyipitkan mata lalu melanjutkan. "Kau dipanggil ke dalam oleh Paman."
"Mengapa terus menatapku?" Seloroh Sachi saat Alex tak kunjung pergi ke dalam. "Kau ditunggu."
Tanpa menjawab ucapan Sachi, Alex berlalu meninggalkan gadis itu bersama dengan Lennox. Sedetik setelah Alex masuk ke dalam rumah kayu tak jauh dari sana, beberapa orang datang untuk menjaga Lennox dan pria kusir yang tak Sachi tahu namanya siapa lagipula tak begitu penting.
"Mereka memasak makanan enak, aku membawakannya untukmu karena disuruh." Sachi berkata pada Lennox, membuka perbincangan seraya mengulurkan mangkuk berisi makanan ke arah Lennox. "Makanlah. Apa kau masih bisa pilih-pilih dalam situasi ini?"
"Kau yang menempatkanku dalam situasi ini dan lihatlah... kedua tanganku kelihatannya bisa mengambil mangkuk itu darimu?"
"Kau... manja sekali." Cibir Sachi.
"Tidak akan ada yang mencapai istana." Ujar Lennox tiba-tiba.
"Maksudmu?" Guratan banyak muncul di dahi Sachi. Gadis itu bingung dengan ucapan Lennox.
"Mereka yang diutus untuk meminta tebusan tidak akan pernah sampai ke istana. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melewati perbatasan, mereka memiliki tanda seperti kereta kuda istana atau seseorang yang langsung dikenali sebagai orang penting dari kejauhan. Sisanya akan dipanah sampai mati sebelum kaki mereka berpijak melewati perbatasan antara hutan ke Persie." Jelas Lennox.
Setelah dijelaskan barulah Sachi paham dan mendapat sebuah kesimpulan berupa, "dengan kata lain tak akan ada orang yang datang untuk menebus kita?"
"Ya dan kau dengan bangga malah berbaur bersama mereka." Lennox menghela nafas tak habis pikir dengan kelakuan Sachi.
"Kalau tidak begitu mungkin kita sudah digantung bersama-sama diatas api unggun." Komentar Sachi memaparkan ekspektasi liarnya.
"Sekarang jika mereka tahu, kita tak akan bisa melakukan apa-apa." Ucap Lennox memelankan suara sampai Sachi harus mendekatkan telinganya ke mulut pria itu.
"Serius!?" Kedua mata Sachi membulat, ia lalu mengomel dalam bisikan. "Kau tak bilang dari awal!"
"Ada pisau di kantong belakangku, ambil itu."
"Aku harus merogoh pantatmu?"
"Di kantung celana bukan di dalam celana, Nona."
"Memangnya kau bisa lakukan apa?"
"Apa saja yang penting terlepas dari tali sialan ini dulu." Desis Lennox membalas.
Sachi menarik diri, menjauh dari Lennox tanpa mengatakan apa-apa. Tak bilang setuju akan mengambil pisau dari saku belakang Lennox, Sachi benar-benar hening seolah jiwanya berada di tempat lain lalu mendadak Sachi berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...