"Nona Sachi? Nona Sachi!" Khalid memanggil panik saat mendapati Sachi tidak berada di kamar padahal tadi ia yakin setelah Rigel pergi, Sachi masih tidur dalam pengaruh obat bius.
Khalid segera berlari keluar dari kamar Sachi dan bertanya pada pelayan yang berjaga di depan. "Kau melihat Nona Sachi?" Wajah Khalid nampak panik, takut kelalaiannya diketahui oleh Izek.
"Kenapa mencariku? Sudah siap berciuman?" Sachi menyambar kalimat Khalid yang belum sempat di jawab oleh pelayan itu.
Dilihatnya pula Izek yang berdiri tepat di belakang gadis itu, membuat Khalid dengan cepat mengambil langkah mundur menjauh dari Sachi yang mencoba untuk meraihnya secara brutal.
"T-Tuan!" Seru Khalid mengadu. "Itu... lihat gadis itu!"
"Sachi." Panggil Izek dengan nada tegas guna menghentikan gestur tangan Sachi yang kini berusaha untuk menggapai wajah imut Khalid.
"Ya?" Sachi berhenti dan menoleh pada Izek. "Ayolah, aku hanya bermain-main. Mengapa kalian sangat serius disini? Aku jadi bosan." Ujarnya pada pria itu lalu kembali melihat ke depan dan mendapati Khalid sudah berdiri lebih jauh dari sebelumnya.
"Pergilah ke kamarmu." Titah Izek pada Sachi yang enggan patuh begitu saja.
"Aku tidak mau!" Tolaknya. "Ah, aku mau kalau Khalid ikut." Godanya seraya mengedipkan mata kanan ke arah laki-laki yang mamanya ia sebut.
"Tuan, lihat... lihat apa yang gadis itu katakan!" Seru Khalid takut.
"Kau masih perjaka? Benarkan?" Kedua mata Sachi berbinar, tak peduli pada Khalid yang semakin menunjukkan rasa takut sampai wajah dan lehernya merah.
"Sachi," Izek kembali memperingatkan dengan memanggil nama gadis itu.
Sachi berbali mengubah posisinya jadi berhadapan dengan Izek. "Mulailah berbicara dengan Parvis. Percuma jika kau mengirimku pada Lennox kalau cinta Parvis hanya tertuju pada pria itu bukan padamu."
"Jangan mengalihkan topik." Desis Izek. "Masuk ke kamarmu sekarang, Sachi!"
"Aku akan masuk kalau Khalid--"
"Khalid pergilah." Izek memotong ucapan Sachi dan meminta Khalid pergi daripada lelaki itu semakin tertekan berada disini.
Khalid mengangguk patuh, diminta pergi merupakan sebuah anugrah baginya karena secara tak langsung dijauhkan dari Sachi gila. "S-saya permisi, Tuan." Pamitnya lalu cepat-cepat pergi menjauh meninggalkan Sachi berdua saja dengan Izek di depan kamar.
"Aku hanya bercanda." Kekeh Sachi setelah Khalid pergi. "Aku tidak akan benar-benar mengkokop bibirnya walau ketampanan itu cukup menggodaku."
"Mari kita bahas sesuatu yang serius mengenai kau dan Parvis." Tambah gadis itu kemudian sebelum Izek merespon.
"Kau tahu apa yang Parvis suka?"
Izek menggeleng.
"Sama! Aku juga lupa." Sachi menggaruk kepalanya yang tak gatal, walau sudah baca novel Bride of Death beberapa kali tetap saja ia tidak ingat detailnya seperti apa-apa saja yang Parvis suka dan tidak.
"Baik lupakan itu." Beralih ke plan lain yang masih dibuatnya, Sachi melipat kedua tangannya di depan dada lalu menyipitkan mata. "Ah! Kapan kau akan mulai bicara padanya?"
"Aku tidak tahu." Jawab Izek seadanya. "Aku tidak pernah berpikir sampai ke sana."
"Lalu kau akan menculiknya begitu saja setelah mengirim aku pada Lennox? Kau pikir Parvis akan suka padamu dengan cara itu?"
"Ya, aku akan memaksanya."
Kedua mata Sachi melotot. Jawaban Izek benar-benar persis seperti karakternya yang ada di dalam novel. "Bodoh! Bodoh! Bodoh! Parvis tidak akan menyukaimu kalau seperti itu. Yang ada dia menangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...