Dari malam ke malam lagi. Warna gaun dari putih bersih menjadi kuning lusuh. Parvis menjinjing sisi kanan dan kiri gaunnya guna memudahkan kedua kakinya saat berlari.Saat Eloni keluar untuk mengambil makanan, Parvis kabur dari rumah melalui jendela. Ia tahu walau Eloni bilang akan menemaninya, ayah dan ibu yang gengsinya setinggi gunung Everest tidak akan pernah membiarkan ia bertemu dengan Lennox terlebih setelah menerima surat pembatalan pernikahan.
Maka dari itu Parvis memilih nekat dan pergi sendiri untuk menemui Lennox, pria yang sangat ia cintai sampai sulit baginya untuk menerima fakta bahwa pertunangan mereka sudah dibatalkan.
"Nona mohon maaf, anda tidak bisa masuk." Prajurit yang berjaga di depan gerbang istana menghentikan Parvis.
"Ke-kenapa?" Parvis meneguk ludah susah payah sembari mengumpulkan nafas dan memegangi lututnya.
"Aku... aku harus bertemu Pangeran Mahkota." Ungkap Parvis to the point.
"Gerbang istana tertutup khusus untuk hari ini, Nona. Raja dan Ratu sedang mengadakan acara." Si prajurit mencoba memberi pengertian pada Parvis. "Saya mohon maaf."
"Acara? Acara apa di dalam?" Tanya Parvis seraya menempelkan telapak tangannya pada besi gerbang.
"Maaf Nona, kami dilarang memberitahu pada orang biasa--"
"Aku putri Count Loine." Pungkas Parvis dengan cepat menunjukkan bros emas berisi ukiran nama lengkapnya. "Lihat ini, aku putri keluarga Loine. Salah apabila kau tidak membukakan pintu untuk bangsawan sepertiku. Tolong biarkan aku masuk."
Prajurit tersebut menatap rekannya dengan wajah bingung. "Bagaimana ini?"
"Kalian bisa terkenal pasal menghalangi bangsawan." Ancam Parvis.
"Jangan khawatir, aku tidak akan menyeret kalian jika aku terkena masalah di dalam." Parvis menambahkan agar kedua prajurit itu yakin dan membukakan pintu gerbang seukuran tubuhnya.
"Baiklah Nona, kuharap kau menepati ucapanmu." Satu dari dua prajurit menanggapi Parvis, ia Izinkan Parvis masuk ke dalam dengan syarat sesuai yang dikatakan oleh gadis itu sendiri.
"Seorang bangsawan tidak pernah melanggar ucapannya." Tepat setelah mengatakan itu, Parvis melangkah masuk ke dalam melewati gerbang yang dibuka sebesar tubuhnya masih sambil menjinjing rok gaun.
Dengan tak sabar Parvis melintasi halaman luas istana, harapannya sangat ini hanya untuk bicara dengan Lennox sebentar saja. Jika memang pria itu tidak bisa lanjutkan pertunangan, Parvis akan terima dengan lapang dada.
Namun sayangnya kenyataan tak berjalan sesuai rencana Parvis. Begitu gadis itu melangkah lebih dekat ke bangunan istana, dilihatnya orang-orang ramai sedang merayakan sesuatu di aula.
Raja Zenokh, Ratu Emilia, beserta Pangeran Mahkota Lennox dan beberapa bangsawan lainnya tersenyum. Selang beberapa detik seorang gadis dalam balutan gaun berwarna biru tua hadir di tengah-tengah mereka. Itu Victoria.
Parvis tidak tahu rupanya ia akan disajikan kejadian luar biasa menyayat hati begitu dilihatnya sang dambaan memegang tangan perempuan lain dan menyematkan cincin di jari manisnya. Sesuai dengan alasan ditulisnya dalam surat, Lennox memiliki gadis lain yang ia cintai dan akan nikahi.
Keringat lelahnya sia-sia, bukannya bicara empat mata dengan Lennox Parvis malah ditampar kenyataan. Ia yang tak sanggup menahan kesedihan berakhir jatuh pingsan.
"Seorang gadis pingsan!" Salah satu tamu undangan yang kebetulan melihat ke arah luar menyaksikan bagaimana Parvis jatuh pingsan berseru sambil menunjuk ke arah luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...