"Kau duduk di depan."
"Apa?" Anna membalas dengan dahi berkerut lalu saat sadar siapa yang memintanya, dengan cepat Anna menggeleng kemudian mengangguk.
"Baik Tuan, selamat duduk di belakang." Ucapnya pada Izek sebelum turun dan mengitari kereta kuda lalu naik ke tempat duduk bagian depan yang berada di samping kusir.
"Firasatku tak enak." Batin Sachi seraya melirik sesaat ke arah Izek yang lalu naik ke bagian belakang dan duduk di sebelahnya setelah mengusir Anna.
"Sachi,"
"Ya?" Gadis itu menyahut hati-hati seolah Izek akan menerkamnya bak singa lapar.
"Kau baik-baik saja?"
"Maaf, aku tidak mengerti maksud pertayaan itu. Tapi, ya, aku baik-baik saja." Jawab Sachi canggung karena Izek menatapnya lagi dengan intens tanpa berkedip.
"Tuan, saya akan jalankan kereta kudanya sekarang." Suara pria kusir dari depan memecah keheningan sesaat yang terjadi di belakang.
Ada sekat dari tirai putih tipis diantara mereka. Di perjalanan sebelumnya, tirai itu terbuka sehingga yang duduk di belakang bisa melihat orang yang duduk di depan. Namun, sekarang tirai itu tertutup. Yang di belakang hanya bisa melihat siluet dua orang yang duduk di depan, begitu pun sebaliknya.
"Anna bilang apa?" Tanya Izek pelan, hampir seperti bisikan.
Ia letakkan tangannya melingkari pinggang Sachi dari belakang lalu ia tarik tubuh gadis itu bergeser lebih dekat ke arahnya.
"Apa saja." Sacgi menjawab asal, kedua tangannya saling terkait gugup.
Kehangatan menjalar dari tangan Izek yang merangkul pinggangnya erat seperti sebuah pelukan.
"Apa sajanya, apa?" Izek bertanya lagi, rasa ingin tahu tinggi bercampur sedikit kecemburuan seolah menggerogoti akal sehatnya.
"Yaaaa... apa saja." Jawab Sachi sendirinya pun lupa tadi Anna bilang apa karena tiba-tiba Izek menarik dan mencium bibirnya, kan? Itu salah Izek.
"Apa?"
"Aku tidak ingat."
"Kenapa tidak ingat?"
"Kau menciumku."
"Mau lagi?"
"Apa!?" Kedua mata Sachi melebar kaget, langsung ia gelengkan kepalanya. "Tidak terima kasih."
Sachi menolak, tetapi tangan Izek meraih dagu Sachi lalu memutar wajah gadis itu sehingga menatapnya dan tanpa menunggu lebih lama Izek satukan bibirnya pada bibir Sachi. Izek lumat-lumat dengan gemas kemudian Izek selipkan lidahnya ke dalam dan Sachi tidak memberontak. Sachi justru membalas ciuman itu serta membelit balik lidah Izek yang masuk ke dalam rongga mulutnya.
Aromanya selalu wangi dan rasanya lembut juga sedikit manis karena pria itu makan sarapan roti selai(?) sepertinya. Sachi mencecap sedikit sekali rasa manis dari blueberi, ia dan Anna juga sarapan dengan roti selai yang sama.
"Mmh~"
Sejenak Izek menghentikan aksinya melahap bibir Sachi namun tak langsung menarik diri. Ia tatap wajah Sachi tanpa jarak lalu ia usap perona merah di bagian sudut bibir Sachi yang menjadi berantakkan karena ulahnya dengan ibu jari yang ditekan sedikit.
Lalu ibu jari itu bergerak dari sudut bibir Sachi menuju bagian tengah bibir bawah Sachi. Izek tekan ibu jarinya disana sampai bibir sela bibir Sachi terbuka kemudian dua jarinya, telunjuk dan jari tengah ia masukan ke mulut Sachi.
Tanpa diminta, Sachi menghisap jari-jari itu juga menjilatinya di dalam mulut.
Izek menahan nafas sejenak, merasakan bagaimana rongga mulut hangat Sachi bergera lembut mengulum dua jari tangannya bak ada serangan magnet kecil yang membuat sesuatu di bawah sana ikut menegak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationship With Antagonist
FantasyKarena kesamaan rupa antara gundik yang ditemuinya di rumah bordil dengan Parvis Loine sang tokoh utama wanita sekaligus gadis yang dicintai oleh Izek Zachary--si tokoh jahat dalam novel Bride of death, Sachi di pungut dan di kirim kepada Lennox Pax...