51. Emotional Control

10 0 0
                                    

Rafael

Panji, dan Ivan membawa gua ke tempat gym. Padahal tadi bilangnya ke bc. Apa basecamp mereka bukan lagi di parkiran sekolah. Saatnya gua lancarin misi dari kakek. Buat mereka bubar dengan sendiri.

Darel udah menyambut kami dengan telanjang dada, memakai celana pendek, dan perban boxing. Keningnya masih bercucuran keringat seperti selesai boxing. Ia menggiring kami langsung ke area boxing berkumpul dengan gengnya.

"Wih ada mantan nih!" sambut salah satu dari mereka.

"Enak aja lu ngatain kita mantan, tapi emang bener sih. Udah mantan bukan berarti ngga bisa nongkrong bareng kan?" jawab Ivan merangkul cowok itu dan dibalas dengan menjabat tangan.

"Btw lu bawa siapa nih? Berani banget langsung kesini. Inget ya jangan asal bawa orang. Siapa pun berani datang ke kami berarti harus join!" ucap cowok itu.

"Setuju gua" jawab Darel.

"Hhm peraturan macam apa ini?" sahut gua.

"Iya, lu harus pilih salah satu di antara kita buat lu lawan. Kalo lu menang lu boleh masuk geng kita. Ayo gua udah siap!" jawab cowok disampingnya sambil memamerkan otot tangannya.

 Ayo gua udah siap!" jawab cowok disampingnya sambil memamerkan otot tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru segitu aja pamer. Sayangnya gua ngga tertarik dengan tantangannya ini. Gua lebih tertarik sama cowok yang duduk di bangku panjang sambil merokok. Padahal di atasnya ada tulisan dilarang merokok. Dia keliatan santai, penampilannya masih rapi memakai seragam. Berbeda dengan yang lain yang sudah melepas bajunya.

"Bang, gua pulang duluan ya. Aurel udah ngributin." Pamit cowok cerewet yang biasanya bareng cewek tomboy. Dia menghampiri cowok santai itu.

"Tunggu bentar napa," jawabnya.

"Sebenernya tujuan geng ini apa sih?Gua kesini cuma mau ketemu Darel. Kenapa ditantang duel?" tanya Gua lagi.

"Pertanyaan itu bakal gua jawab setelah lu nentuin siapa yang mau lu lawan," jawab cowok yang nantangin tadi.

"Oke." jawab gua singkat.

"Raf, saran gua lu pilih itu aja Semple. Dia sombong doang. Ntar kalo lu menang bakal dikasih permintaan, kaya gua dulu lawan dia." Bisik Panji. Ia melingkarkan tangan di leher Gua.

"Kalo ngga pilih Gilang aja, biar dia ngga ngatur-ngatur terus." lanjut Panji.

"Gua pilih dia," tunjuk Gua ke arah cowok yang lagi duduk itu.

"Anjir lu, ngga tanggung-tanggung pilihnya." Panji heran.

"Gas, dia ngga takut apa sama body lu kayak kuli bangunan gini," puji cowok cerewet sambil memijat bahu cowok itu.

"Gas, dia ngga takut apa sama body lu kayak kuli bangunan gini," puji cowok cerewet sambil memijat bahu cowok itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Ice TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang