43. Belajar Bareng

6 1 0
                                    

Author

Sring... sring....

Prak....

Bugh... Bugh... Bugh.

"Anjing mati aja sana!"

"Barkot busuk!"

"RF sialan!"

Brugh... Brugh...

Klontheng....

Suara gesekan pedang dan celurit dengan aspal membuat bulu kuduk berdiri. Tidak hanya batu yang mereka lemparkan tetapi ribuan makian menghujani. Rafael tidak bisa melajukan motornya yang berada antara dua kubu. Ia menarik tangan Aurel untuk memeluknya. Pandangan Aurel yang membatu melihat dua sahabatnya terpojok, seketika kaget dengan freestyle yang dilakukan Rafael untuk memecah satu kubu di depannya.

 Pandangan Aurel yang membatu melihat dua sahabatnya terpojok, seketika kaget dengan freestyle yang dilakukan Rafael untuk memecah satu kubu di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjing, Es batu kaget gua!" teriak Aurel.

"Makanya pegangan," kata Rafael datar, tetapi ia memastikan tangan Aurel masih memeluknya.

"Ogah akh. Turunin gua disini!" Aurel mencubit perut Rafael yang keras itu.

"Kagak mau gua," tegas Rafael. Ia menambah kecepatan motornya.

"Tuhan lindungi Ezel ama Louis, " batin Aurel.

Aurel terpaksa memeluk erat Rafael melihat jalanan di depanya yang berliku, apalagi Rafael terus ngebut layaknya pembalap sungguhan. Ia semakin kesal dengan dirinya, tidak bisa membantu kedua sahabatnya. Pikirannya bekecamuk.

"Eh, ayo turun," ajak Rafael melepas helmnya.

"Ngga ah, freestyle lagi yok seru tauk!"  ajak Aurel kembali yang masih santai duduk di atas motor.

"Bahaya," tolak Rafael ketus.

"Tadi juga bahaya, njir!" Aurel menggerutu.

Aurel

Pikiran gua bener-bener ngga tenang hari ini. Tian terus ngechat gua ga jelas tanpa henti. Ntah dia udah ngabisin berapa botol lagi. Kalo cuma  satu botol anggur semalem harusnya maboknya udah ilang dong. Lah ini jangan-jangan udah gila nih Tian.

Gua blokir whatsapp Tian biar ga ganggu pelajaran. Lah, giliran selesai pelajaran gua liat anak-anak pada lari manjat pager parkiran yang tingginya dua meter. Gua mo ikutan manjat tapi keburu dicegah Panji ama Ivan yang udah di bawah gua megangin kaki. Gua lupa kalo belum ganti pake celana. Biasanya kan gua bawa celana biar ga ribet naik motornya.

Sweet Ice TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang