26. Tersadar

11 5 0
                                    

Frisky

"Yaudah tante kalo gitu kita pulang dulu, " pamit Rafael menghentikan tawa kami sambil menengguk tehnya.

"Kok buru-buru sih, ini minumnya diabisin dulu sayangkan gulanya mahal!" suruh calon mama mertua.

Seketika gua menelan ludah denger kata-kata terakhir, kemudian menengguk teh hingga habis. Rafael udah berdiri duluan menjabat tangan calon mama mertua gua. Tangannya gua tepuk dan gua langsung mencium tangan calon mama mertua.

Gua sama Rafael keluar dari rumah Aurel. Gua liat ada dua motor berhenti di depan rumah Aurel. Empat orang berboncengan itu ngelepas helmnya. Dan berlari menghampiri gua. Yah siapa lagi kalo bukan Alfa, Tian, Darel, sama bokapnya Aurel.

"Aurel mana cuk?" tanya Alfa heboh.

"AUREL WHERE ARE YOU? AUREL!" teriak Alfa.

"Aurel dimana? Di dalem?" tanya Alfa menggeledah baju gua.

Ctakk

"Di dalam rumah, bege!" Darel menjitak kening Alfa.

"Lu yang sembunyiin ya?" tuduh Alfa menujuk Rafael.

"Nggak," jawab Rafael dingin.

Rafael yang udah risih liatin kelakuan hebohnya Alfa, langsung menepis tangan Alfa dan berjalan kearah mobil. Gua mau ngikutin Rafael malah ditahan Tian. Tian malah lari nyamperin Bang Daniel yang lagi rebahan di mobil. Alfa lari ke dalam rumah tanpa salam.

"Ky, lu nemuin Aurel dimana?" tanya Darel memegangi kedua pipi gua dekat ke mukanya.

"Di kafe Anjir! Biasa aja dong jijik gua udah kaya gay aja lu. " jawab Gua menghempas tangan Darel.

"Lu tau ngga siapa yang nyulik?" tanya Om Johan nyamperin Gua.

"Itu yang disamperin Tian," tunjuk Gua ke arah mobil. Om Johan berjalan kearah mobil. Gua ikutin sama Darel kesana.

"MINGGIR YAN, JADI INI ORANG YANG NYULIK ANAK GUA?" Om Johan menarik lengan Tian yang ngalingin pintu mobil.

Om Johan mencengkram kerah Bang Daniel hingga terduduk. Terus Bang Daniel ditarik keluar dari mobil sama Om Johan. Rafael yang baru aja duduk di jok mobil langsung keluar nyamperin abangnya.

"Kenapa lu mau gua pecat?" tanya Bang Daniel melepas kacamata hitamnya.

Seketika semuanya melongo denger pertanyaan Bang Daniel yang dilemparkan ke Om Johan. Gua juga kaget maksud nya apaan yak? Bang Daniel keliatanya masih waras dan belom mabok kok ngomong gitu. Om Johan langsung lemes melepaskan cengkramannya dan nunduk, mundur selangkah. Bang Daniel ngerapiin bajunya lagi.

"Kenapa?" tanya Bang Daniel sekali lagi.

"Maaf pak boss. Ss-saya kira bukan bapak, tolong jangan pecat saya." jawab Om Johan lirih.

"Maksudnya apaa om?" tanya Tian penasaran.

"Dia satpam baru di mansion gua, bisa-bisanya nggak kenal sama yang punya,"sahut Bang Daniel.

"Maaf pak," ucap Om Johan.

"Owalah..." sorak Gua Tian sama Darel serempak.

"Mari pak duduk dulu di rumah saya," Om Johan mempersilahkan.

"Nggak perlu lain kali saja, saya mau pulang," tolak Bang Daniel kembali duduk di jok mobil.

"By the way kok kalian mirip?" tanya Darel tiba-tiba.

"Eh iya, gua baru sadar kalian mirip banget," sambung Tian menepuk Rafael yang berdiri di sebelahnya.

"Ya iyalah bege mereka kan kakak-adek!" sahut gua menoyor kepala Darel.

Sweet Ice TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang