52

236 24 18
                                    

Note: maaf kalau ada typo

_____

Kehancuran adalah hal yang lumrah. Mew tidak tau arah tujuan hidup nya apa, dia hanya menggenggam erat tangan Gulf untuk menguatkan nya menjalani hari yang tiada lelah membawa nya pada masalah. Mew ingin teriak, meminta mereka untuk berhenti membuat nya hancur.

"Mew." Tangan Gulf sudah melemas, melihat bagaimana hancur sang suami membuat nya tidak berkutik.

"Semua akan baik-baik aja kan?" Tanya Mew, lirih.

"Lepasin ya, kalau kita melepaskan dia pasti dia bakal bahagia."

Jelas gelengan kepala yang di dapatkan oleh Gulf. Mew tidak akan melepaskan anak nya hanya untuk membuat dia bahagia. Menurut Mew, cepat atau lambat mereka akan berbahagia bersama, menikmati hari-hari dengan canda dan tawa tanpa tangis kesakitan.

Namun, Gulf tidak yakin hari itu akan tiba. Melihat tatapan benci ibu mertua nya membuat dia yakin akan tindakan yang akan dia lakukan nanti. Melepaskan nya bersama orang lain.

Tangan Gulf mengapit kedua pipi Mew. Mata suami nya sudah memerah dengan berlinang air mata. Terlihat frustasi dengan guratan lelah di wajah nya. Hati Gulf teriris, sesak.

"Lepaskan dia, biarkan dia bahagia kita gak bisa genggam dia dengan kesakitan."

Gulf tidak banyak bicara lagi, dia membawa Mew kedalam pelukan nya. Malam ini semua terasa menyakitkan. Mereka harus kembali ke dalam lubang kehancuran akibat mereka yang menaruh dendam.

Germicik hujan dengan hembusan angin yang menjadi teman mereka saat ini. Dengan gemuruh yang tampak tidak tenang menjadi melodi di antara pelukan keduanya.

Disisi lain, Zee tersenyum penuh kemenangan. Menarik Kamila ke dalam rencana nya memang hal yang tidak dapat dia percaya, tapi saat melihat wanita tua itu menemui nya untuk berdiskusi akhirnya dia percaya. Di hadapan nya ada Off yang tersenyum tipis. Semua yang di rencanakan nya begitu singkat, cepat dengan adanya orang-orang pendukung yang dia tarik paksa.

Di samping Zee ada remaja yang hanya diam mengisap rokok nya. Tangan nya mengibas di udara menolak segala tawaran dari wanita malam.

"Lalu apa yang terjadi?" Zee bertanya dengan suara keras. Dentuman musik menyamarkan suara nya. Jika ingin mengobrol maka harus berteriak.

Remaja itu mematikan rokok nya yang masih setengah lalu melirik kedua pria dewasa di dekat nya. "Dia di hukum dan terus di buly, saya yakin mental nya sudah benar-benar terguncang." Dengan percaya diri dia tersenyum. Senyum smrik yang jarang mereka lihat.

"Kerja bagus!" Puji Off.

"Lanjutkan tugas mu, dua hari lagi kita akan lancarkan rencana ini." Remaja itu hanya mengangguk. Dia kembali menyala rokok yang tadi di matikan setelah nya tidak ada obrolan lagi di antara mereka.

"Sebentar lagi akan ada kehancuran besar." Batin Off. Bibir nya terangkat membentuk bulan sabit yang terlihat licik.

____

Kicauan burung dengan sinar mentari yang menyapa pagi nya. Ton bangun dengan malas. Setelah hujan semalaman udara pagi jadi dingin. Hembusan angin dari celah jendela membuat Ton semakin malas untuk bangkit.

Ton ingin memejamkan matanya lagi tapi suara alarm yang kencang membuat nya bangun. Dia mendengus kesal. Melemparkan bantal nya ke arah jam di samping.

"Aaaaaaaaaa bisa gak si langsung hari Minggu!" Pekik nya kesal.

Ton segera bangkit untuk melakukan ritual mandi. 20 menit kemudian dia sudah kembali, wajah nya terlihat pucat, bibir nya bergetar menahan dingin.

Luka Yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang