SAWADIKHAAAAA PHI / NONG SEMUA NYA!!
YOONTON UPDATE!!!
SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN PERGI !!!
Gak bercanda!!! Lanjutttt aja lanjutttt
Note: maaf kalau ada typo 💃🙏
~HAPPY READING~
Komen biar aku semangat!
_____
Kejadian nya begitu cepat. Dia di telpon oleh Pawat agar segera pulang. Pawat tidak berbicara banyak hal, hanya meminta nya pulang dengan cepat. Lalu tanpa pikir panjang dia memutuskan pulang bersama kelima teman nya.
Sampai akhir nya, dia mengetahui alasan Pawat menyuruh nya pulang. Ibu nya sekarat. Ibu nya berada di rumah sakit dengan keadaan yang tidak bisa di kata kan baik-baik saja.
Nafas nya berat, wajah nya terlihat sayu.
Ton menangis sejadi-jadinya, memeluk tubuh kurus yang sudah keriput itu. Tangan keriput Bi Nana juga mengelus puncak kepala Ton dengan lembut. Tidak di sangka bahwa pagi tadi dia akan kambuh lebih parah dari biasa nya.
"Ibu kenapa gak bilang sama Ton? Kenapa ibu sembunyiin semua nya dari Ton?" Suara lirih itu membuat mereka membuang arah pandangan nya.
Ton terlihat rapuh saat ini. Tangis anak itu terus terdengar, apa lagi Isak tangis nya yang membuat siapa saja tidak akan tega.
"T-ton sa-ya-ng i-bu?" Pertanyaan itu jelas di beri anggukan oleh Ton.
"T-ton h-har-rus ja-nji sa-ma i-bu ha-ru-s ter-us ba-ha-gi-a." Dengan susah payah bi Nana mengucapkan itu. Matanya terus fokus pada wajah manis Ton yang sudah di banjiri air mata.
"T-ton I-bu m-au ngo-mo-ng sa-ma Pa-pa-h." Ton menggeleng, dia enggan melepas pelukan itu. Ton takut saat melepaskan nya ibu akan pergi, pergi tanpa pamit dan meninggalkan nya sendiri.
"T-ton i-bu mo-ho-n." Dengan terpaksa Ton melepaskan pelukan nya. Dia mundur satu langkah dan membiarkan Gulf untuk maju.
Gulf mendekatkan telinganya ke dekat bibir Bi Nana. Entah apa yang di ucapkan Bi Nana, suara nya tidak jelas, terbata dengan nafas yang sudah memberat.
Gulf mundur lagi, membiar kan Ton untuk kembali memeluk tubuh kurus itu.
Tubuh bi Nana mengejang, nafas nya semakin memberat membuat mereka semua panik. Yoon yang berada di ambang pintu segera berlari mencari dokter, melupakan tombol darurat di samping bi Nana.
Dokter datang dan segera memeriksa pasien. Dokter meminta agar semua keluar namun Ton tidak mau dan menangis semakin kencang. Tapi dengan paksaan akhir nya dia mau.
Dalam dekapan Mew dia menangis keras, memanggil nama wanita yang berperan penting di hidup nya.
Beberapa menit lama nya dokter di dalam akhir nya pintu ruangan terbuka. Ton segera berlari untuk menanyakan keadaan ibu nya. Namun, raut wajah penuh penyelasan dengan diiringi gelengan dari sang dokter membuat nya terpaku.
"Maaf, pasien menyerah. Sel kanker sudah menyebar, karena kondisi dan umur pasien yang semakin menua membuat obat yang kami berikan di tolak oleh tubuh nya. Jam kematian nya pukul 10.30, kami turut berduka cita dan turut menyesal karena tidak bisa menyelamatkan pasien." Dokter itu menunduk. Kegagalan seperti ini memang sudah biasa ia terima. Namun rasanya masih sama, sakit dan juga lelah.
Ton tidak bergeming. Mata nya melihat kedalam, dimana sosok itu sudah di tutupi kain putih. Ton menggeleng. Mimpi buruk itu menjadi nyata.
"IBU." Ton berlari kedalam, mengguncang tubuh kaku tak bernyawa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang berbeda
Teen Fiction⚠️banyak typo dan nama yang salah, belum di revisi⚠️ Cerita ini bukan hanya tentang rasa sakit yang dirasakan Ton, tapi juga tentang perjalanan setiap karakter yang terlibat di dalamnya. Setiap tokoh menyimpan luka dan rahasia mereka sendiri, masing...