SAWADIKHAAAAA PHI / NONG SEMUA NYA!!
YOONTON UPDATE!!!
SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN PERGI !!!
Gak bercanda!!! Lanjutttt aja lanjutttt
Note: maaf kalau ada typo 💃🙏
~HAPPY READING~
Komen biar aku semangat!
_____
Semua orang berkumpul di kediaman Mew. Keluarga besar bahkan kedua orang tua Mew ikut hadir untuk melaksanakan 10 hari kepergian bi Nana. Meski beliau hanya seorang pembantu namun jasa yang di berikan lebih dari sekedar art.
Keluarga Mew sangat berhutang Budi pada jasad yang sudah menyatu dengan tanah itu. Dengan berkumpul dan mendoakan bi Nana adalah salah satu cara untuk menghormati kepergian bi Nana.
Berbeda dari semua orang yang tenang, Mew terlihat gelisah. Pria itu terus melirik ke arah kedua orang tua nya yang masih bercanda dengan Win. Dalam hati dia terus berdoa agar semua nya berjalan lancar tanpa ada pertengkaran atau perdebatan.
Setelah menunggu tiga puluh menit akhirnya acara inti yang di tunggu sudah di mulai. Kamila, selaku nyonya besar Gilbert menaiki panggung dengan anggun. Dia tersenyum menyapa beberapa orang yang turut hadir dalam penghormatan ini.
"Terimakasih karena sudah hadir dalam acara 10 hari nya kepergian Bi Nana. Mungkin banyak dari kalian sudah mengetahui siapa wanita itu. Wanita yang telah berjasa di keluarga saya sejak anak saya Mew masih balita, beliau yang merawat dan membesarkan anak saya hingga dia bisa sampai seperti ini terlepas dari pantauan saya dan suami. Beliau yang mengajarkan saya bagaimana menjadi ibu yang baik untuk anak-anak saya, karena pada saat itu umur saya masih terlalu dini untuk mempunyai anak. Ini adalah acara penghormatan untuk beliau." Setelah Kamila mengucapakan uraian kata itu gemuruh tepuk tangan terdengar di setiap sudut ruangan ini.
Bisik-bisik terdengar oleh keluarga Gilbert. Dimana para tamu membicarakan kebaikan keluarga ini, banyak dari mereka yang terang-terangan memuji hingga membuat senyum Kamila terbit. Ini yang dia mau, sebuah penghormatan dan nama baik yang di agungkan.
Ton yang berada di ujung ruangan hanya tersenyum miris.
"Pencitraan." Gumannya memandang penuh benci pada wanita anggun yang sayangnya menyandang sebagai Oma nya.
Oma? Bahkan peran itu tidak pernah di main kan oleh wanita tua di tengah-tengah sana.
"Nih." Ton tersentak kaget saat Dirga datang (adik Mew) memberikan segelas air minum berwarna merah.
Dia menatap lama Dirga lalu menggeleng dengan kaku. Sudah beberapa tahun Ton tidak dekat dengan om nya, terakhir saat dia dekat sebelum Ton masuk rumah sakit setelah keluar semua orang di rumah Gilbert menjauhi nya.
"Om gak ngasih racun."
"Ah bukan gitu tapi-" Lidah Ton kaku, rasa canggung nya terlalu besar hingga membuat dia bingung harus melakukan apa.
Dengan tidak enak hati dia mengambil minuman yang di sondorkan Dirga.
"Kenapa gak kesana?"
"Hah?"
"Kamu kenapa gak kesana? Bukan ini penghormatan Ibu mu?" Dirga seolah menyindir dengan menekan kata ibu mu, pria yang lebih muda dari Mew terlihat tersenyum penuh arti.
Dengan kasar Ton menyimpan gelas di atas meja. Dia melirik tidak suka kearah Dirga. Benar, tidak ada yang benar-benar tulus di dunia ini, semua ketulusan pasti ada sesuatu di balik itu. Dengan rasa kesal nya dia membawa langkah kakinya ke kolam renang meninggal Dirga yang masih mempertahankan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang berbeda
Ficção Adolescente⚠️banyak typo dan nama yang salah, belum di revisi⚠️ Cerita ini bukan hanya tentang rasa sakit yang dirasakan Ton, tapi juga tentang perjalanan setiap karakter yang terlibat di dalamnya. Setiap tokoh menyimpan luka dan rahasia mereka sendiri, masing...