48

401 39 13
                                    

Disclaimer! Ini bukan certa 18++ di part ini cmn mau flashback kenapa bisa jdi rumit, ngejelasin beberapa pertanyaan dari kalian yang siapa Ton? Kenapa Mew benci Ton? Kenapa Ton bukan anak kandung Mew. Tapi ga semua ya soalnya aku bakal ngejelasin secara perlahan biar jelass kalau di satu part takut nya bertumpuk-tumpuk.

Maaf ya part nya panjang bngt lama bngt lgi end nya 😌

Komen biar aku semangat!

_____

Cuaca hari ini sudah buruk. Di beritakan akan ada badai yang buruk. Namun, seorang pria dengan Hoodie hitam nya malah melangkah keluar mansion.

"Sayang." Panggilan itu menghentikan langkah nya.

"Mau kemana?"

"Kedepan, mau beli martabak."

"Mau aku antar?" Tawar pria di hadapan nya.

"Tidak perlu Mew, hanya depan komplek tidak jauh."

"Berita sekarang akan ada badai aku khawatir kamu kenapa-napa." Mew mendekati Gulf. Dia memeluk tubuh berisi Gulf dari belakang dan menyimpan dagu nya di bahu Gulf.

Dengan penuh kasih sayang Gulf mengelus tangan kekar suami nya. "Aku gak bakal kenapa-napa ko. Jangan khawatir ya cuman sebentar." Yakin Gulf.

Mew tidak bisa melakukan apa-apa lagi, memaksa pun tidak bisa karena Gulf tipikal orang yang keras kepala. Dengan berat hati Mew mengangguk membiarkan Gulf untuk pergi sendiri.

"Tidak di antar supir?" Gulf menatap Mew jengah. Suami nya yang overprotektif membuat ruang bebas nya tersita.

"Mew, ayolah cuman sebentar!"

"Oke-oke tapi selalu kabari ya." Pinta Mew.

Gulf pergi, sebelum pergi dia melambaikan tangan dan tersenyum manis, memberikan ciuman jauh untuk Mew yang membuat pria itu salah tingkah.

Di luar sudah dingin. Angin yang menghembus kencang membuat Gulf memeluk dirinya sendiri. Gulf mendongak ke langit. Sudah gelap. Dia yakin sebentar lagi hujan akan datang.

Gulf mempercepat langkah nya.

"Bang martabak telor yang spesial satu ya, sama keju nya satu." Teriak Gulf memesan apa yang dia mau.

"Siap mas."

Gulf duduk menunggu martabak nya. Matanya melirik ke arah jalan yang sudah sepi. Wajar saja, berita hari ini sudah memprediksi kan akan turun hujan lebat, jadi mereka menghimbau untuk warga setempat berdiam diri di rumah.

"Masih buka bang? Kan mau turun hujan." Gulf memulai perbincangan nya.

"Tadi nya saya mau pulang mas cuman ada pembeli jadi di pending, kan sayang kalau di tolak. Rezeki itu."

"Mas sendiri ko masih di luar?" Lanjut si Abang sebari melirik Gulf yang fokus melihat cara memasak martabak telor.

Gulf tertawa garing. "Saya tadi nya mau di rumah aja bang cuman kepikiran kalau hujan gitu sambil makan martabak depan komplek kaya nya enak."

"Aduh jadi di terobos ya." Kedua nya terkekeh.

Beberapa menit kemudian martabak Gulf sudah jadi. Dia memberikan 1 lembar uang berwarna merah.

"Kembalian nya ambil aja bang." Ucap Gulf.

"Aduh makasih ya mas."

"Iya bang sama-sama, saya duluan ya bang."

Luka Yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang