56

165 24 13
                                    

Kalian bakal paham kenapa alur nya muter², kenapa Mew nyiksa Ton dan kesalahpahaman apa yang terjadi.

Roman nya mau taman nih, sad and atau happy and ya 😀

Vote dan komen gays biar aku smngt up nya!!

_____

Mew memijat pelipisnya, tumpukan berkas di meja kerja seperti hantu yang tak henti mengganggu pikiran. Namun, fokusnya tak lagi di sana. Ada sesuatu yang lebih besar menghantui—sebuah rahasia dari masa lalu yang perlahan mulai menghancurkan segalanya.

Tiga hari lalu, hidup Mew berubah drastis. Dia baru saja menerima hasil tes DNA antara dirinya dan Ton, anak yang selama ini dia anggap sebagai darah dagingnya. Dengan tangan bergetar, Mew membuka amplop itu. Detik-detik yang terasa seperti selamanya berubah menjadi mimpi buruk saat Mew membaca hasilnya.

Ton bukan anak kandungnya.

Dunia terasa runtuh seketika. Wajah Mew memucat, dan hatinya seperti diperas tanpa ampun. Di sampingnya, keluarganya juga terpaku. Mereka semua tak percaya. Kamila, ibu Mew, menatap Gulf dengan tatapan penuh kebingungan dan harapan, berusaha mencari jawaban dari menantunya yang saat ini justru terdiam dalam isak tangis.

"Gulf, apa yang terjadi?" Kamila bertanya dengan suara parau, suaranya menggema di ruang yang tiba-tiba terasa begitu dingin.

Namun, Gulf tidak menjawab. Tubuhnya bergetar, tangisnya tak mampu terbendung lagi. Dia memeluk dirinya sendiri, seolah mencoba melindungi dirinya dari kenyataan yang menghantamnya tanpa belas kasihan. Kejadian ini begitu cepat, dia pun tak mampu menjelaskan. Mew menatap Gulf dengan campuran kekecewaan, marah, dan tak percaya.

"GULF, JAWAB!" Bentak Mew, tak lagi mampu menahan emosinya. Suara kerasnya mengguncang ruangan, membuat semua orang yang ada di sana terdiam.

Tapi Gulf tetap diam, air matanya terus mengalir. Tidak ada kata-kata, tidak ada penjelasan. Hanya isak tangis yang terdengar semakin keras.

Mew merasa dunianya runtuh. Bagaimana bisa? Ton, anak yang dia besarkan dengan penuh kasih sayang, yang dia peluk saat menangis, yang selalu dia ajarkan hal-hal baik, ternyata bukan darah dagingnya. Mew merasa ditampar oleh kenyataan yang begitu kejam. Tapi meskipun begitu, rasa sayangnya pada Ton tak pernah berubah. Dia tetap mencintai anak itu seperti anak kandungnya sendiri, bahkan lebih dari itu.

Namun, kekecewaan pada diri sendiri begitu kuat. Mew merasa telah gagal, bukan hanya sebagai seorang ayah tapi juga sebagai suami. Dia melangkah pergi, meninggalkan keluarga yang kini hancur berkeping-keping oleh sebuah kebenaran yang tak pernah dia duga.

Dia melangkah menuju ruang ICU, tempat Ton terbaring tak berdaya setelah kecelakaan tragis yang hampir merenggut nyawanya. Alat-alat medis mengelilingi tubuh kecil Ton, menjaga napasnya tetap berdenyut.

Saat kecelakaan terjadi, Mew dan Gulf langsung menawarkan darah mereka untuk transfusi, berharap bisa menyelamatkan nyawa anak mereka. Namun, hasil tes menunjukkan bahwa golongan darah mereka tidak cocok. Dari situ, Mew mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia meminta tes DNA, dan tiga hari kemudian, jawaban itu datang menghancurkan semua harapan yang tersisa.

Mew berdiri di samping ranjang Ton, menatap anak yang dia sayangi tanpa syarat. Dia merasa marah, kecewa, tapi juga hancur. Bagaimana dia bisa menghadapi ini? Bagaimana dia bisa melanjutkan hidupnya, sementara dunia yang selama ini dia bangun dengan penuh cinta kini terasa rapuh dan nyaris runtuh?

-------

Gulf duduk di samping Mew, masih dengan tangis yang sesegukan, seolah tubuhnya sudah tak lagi kuat menahan beban yang begitu berat. Matanya menatap Mew, penuh kehancuran—sama seperti bagaimana Mew melihat ke dalam diri Gulf. Seakan dunia keduanya runtuh dalam satu detik.

Luka Yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang