2

782 64 12
                                    

YOONTON UPDATE!!!

SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN PERGI !!!

Gak bercanda!!! Lanjutttt aja lanjutttt

~HAPPY READING~

_____

Suara mesin mobil yang baru memasuki pekarangan rumah nya merubah posisi Ton, pemuda mata sembab dengan luka yang hampir mengering itu bangkit dan melihat ke keluar dari balkon kamar nya.

"Baru pulang?" Guman Ton melihat mobil hitam yang sudah terparkir apik disana.

Iya, setelah kejadian Mew menyiksa nya dia tidak pernah pulang lagi selama 4 hari mungkin berada di rumah sakit. Bukan hanya Mew tapi Gulf juga tidak pernah pulang, pria manis dan cantik itu bahkan melupakan satu anak nya yang berada di rumah.

Selama 4 hari ini hanya Pawat yang pulang untuk mengambil keperluan mereka bertiga dan juga makn di rumah, selain itu dia tidak melakukan hal lain sekedar melihat kondisi Ton.

Ton juga di rumah terserang demam sehari setelah Mew memberikan hukuman nya. Mengingat itu membuat Ton tersenyum miris, dia mengingat betapa malang nya dia saat itu, kedinginan, menahan pusing dan mual sendiri tanpa ada maid atau pun keluarganya.

Kenapa Ton bisa sembuh? Setelah melewati malam panjang nya Ton segera turun ke bawah untuk meminta obat dan mengambil kotak p3k nya, dia juga mengambil sepiring makanan lalu membawa nya ke kamar. Ton memaksakan diri nya untuk turun ke lantai bawah walau pusing dan lemas.

2 hari Ton mengalami demam hingga akhir nya dia sembuh tanpa ke rumah sakit.

"Ton sayang." Suara sang bunda mengalihkan atensi Ton.

Dengan segera Ton masuk kembali ke kamar dan melihat bunda nya yang duduk di atas kasur sebari melihat bercak darah di sana. Itu darah Ton yang sempat mimisan.

"Ini?"

"Gapapa bunda itu cuman darah biasa." Ton segera menghampiri sang bunda dengan senyuman khas nya.

"Ada apa bunda?" Tanya Ton.

"Ah iya, kemarin kenapa gak kerumah sakit? Win nyariin kamu loh." Senyum di wajah Ton luntur seketika di gantikan dengan mimik wajah yang datar namun sorot mata sendu.

Ton marah pada dirinya sendiri yang mudah berharap.

Gulf yang melihat perubahan ekspresi Ton segera bertanya. "Kenapa?"

"Gapapa." Jawab nya singkat.

Pemuda itu berjalan ke arah nakas, membereskan plastik obat yang belum ia buang. Gulf kembali mengernyit kan kening nya, dia berjalan ke arah dekat nakas.

"Itu obat apa?" Tanya Gulf.

"Penurun panas dan pusing."

"Kamu sakit?" Ton mengangguk singkat.

"Kenapa gak ngasih tau bunda?"

Ton menghentikan aktifitas nya memungut sampah, dia melirik Gulf yang juga sedang menatap nya dengan nyalang. "Aku udah telpon bunda berapa kali bahkan aku kirim pesan ke bunda tapi gak bunda gubris. Lagian kalau bunda tau emang bunda mau pulang?" Setelah mengucapkan itu dia kembali membereskan nakas nya dan membuang nya ke tong sampah yang di sediakan.

Ton tidak bohong, malam saat dirinya terserang demam dia langsung menelpon sang bunda beberapa kali namun tidak ada jawaban dia juga mengirimkan pesan namun hanya di lihat tanpa di balas.

"Maafin bunda." Sorot mata Gulf berubah sendu, rasa bersalah terlihat jelas oleh Ton.

"Gapapa bunda, Ton udah biasa."

"Ton bunda bener-bener minta maaf sama kamu, bunda gak denger telepon kamu dan bunda cuman lihat pesan kamu karena waktu itu bunda lagi buru-buru." Jelas Gulf.

Ton mengangguk.

"Ton juga harus mandiri ya." Ton menatap bunda nya dengan alis terangkat.

"Win sakit dia butuh ayah dan bunda, Pawat masih kecil dan butuh bimbingan kita jadi kita minta maaf kalau mengabaikan Ton, bunda harap Ton ngerti ya."

Remaja itu mengalihkan pandangannya enggan melihat Gulf yang menatapnya dengan memohon. Win dan Pawat butuh kedua orang tua nya lantas dia? Walau dia anak sulung tapi tetap saja umur nya masih termasuk remaja masih butuh bimbingan kedua orang tua nya. Mata Ton berkaca-kaca entah kenapa setelah sakit dia menjadi sensitif.

"Ton." Panggil Gulf.

"Maaf bunda Ton mau mandi, kalau bunda udah selsai sama urusan nya bunda bisa keluar. Sekali lagi maaf." Ton segera mengambil handuk yang menggantung di tempat nya dan berjalan cepat ke kamar mandi tanpa memperdulikan Gulf yang menatap nya aneh.

Gulf juga segera pergi dari kamar si sulung karena di rasa keperluan nya sudah terpenuhi. Gulf berjalan ke kamar Win.

"Win ko gak istirahat?" Tanya Gulf setelah masuk.

Di kamar Win sudah ada Mew dan Pawat yang sedang main PS sedangkan Win hanya menonton di atas kasur.

"Win gak bisa tidur bunda lagian tadi di rumah sakit Win tidur terus."

"Ya sudah Win sekarang mau apa?"

"Mau Abang Ton." Suara nya melemah saat mengucapkan permintaan nya.

Gulf tersenyum manis dia mengelus rambut Win dengan lembut. "Nanti ya sayang." Hanya itu yang bisa Gulf ucapkan karena dia tidak mau membuat Win berharap.

"Iya bunda. Bunda Win minta di elus-elus ya terus bacain dongeng."

"Dih kaya bocah Aja di bacain dongeng." Sahut Pawat.

"Apa sih Pawat kamu tuh gak di ajak."

"Nyenyenye dasar anak kecil."

"Pawat yang anak kecil kan Pawat bungsu."

"Gue udah gede Lo masih kecil kan Lo sering di bacain dongeng sama bunda." Pawat tidak ingin kalah terus menggoda Win.

"Hisss Pawat ngeselin!" Mata Win sudah berkaca-kaca dengan bibir melengkung kebawah.

Gulf menatap Pawat tajam. Langsung memeluk Win yang sudah menangis sesegukan.

"Sudah sayang jangan manangis nanti sesek." Ucap Gulf.

"Hiks Pawat nya nakalll."

"Ini liat ayah hukum Pawat nya nih." Mew menggelitiki perut Pawat membuat si empu tertawa kencang.

"Hahahaha ampun ayah hahahahha."

"Rasain nih hukuman udah buat anak ayah nangis." Tanpa memperdulikan ampunan Pawat dia terus menggelitiki nya.

Pawat terus tertawa sambil menghindari tangan Mew di perut nya, Win yang melihat itu juga ikut tertawa bersama Gulf yang tertawa juga.

Suara tawa ketiga nya terdengar merdu, di tambah dengan suara Gulf yang memperingati Mew agar tidak berlebihan dan si tengah yang menyemangati ayah nya. Ke-empat nya terlihat seperti keluarga bahagia terus tertawa bersama, bercanda dan juga melemparkan perhatian saat sudah nya.

Asik bercanda hingga mereka melupakan satu anak yang memilih untuk mengguyur tubuh nya di bawah shower. Di menangis tanpa suara sehari memejam kan mata nya. Kamar Win memang berada di lantai atas terhalang tiga kamar menuju kamar Ton tapi suara Tawa yang keras terdengar di gendang telingan nya. Ton meremas dada kirinya, lagi dan lagi dia terlupakan.

_______

Gak tega liat bayi di gituin tapi aku syukaaaaaa.

Motivasi hari ini !!!!

'Jika hidup mu tidak berguna ingat lah memang tidak berguna'

Lanjuttttt!!!!

Terimakasih sudah membaca. Silahkan pergi jangan lupa vote and comen lalu klik tombol follow 😗.

Luka Yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang