36

463 52 16
                                    

SAWADIKHAAAAA PHI / NONG SEMUA NYA!!

Udah sampai mana iniii? Aku dari Bandung, kmha damang?

YOONTON UPDATE!!!

SELAMAT DATANG DAN SILAHKAN PERGI !!!

Gak bercanda!!! Lanjutttt aja lanjutttt

Note: maaf kalau ada typo 💃🙏

~HAPPY READING~

Komen biar aku semangat!

____

Ton berjalan dengan susah payah. Kaki nya pincang karena benturan batu dan kerikil yang di lempari mereka. Dengan nafas ngos-ngosan dia terus berjalan masuk ke dalam mansion tanpa memperdulikan tatapan penuh tanya dari maid dan bodyguard yang berlalu lalang.

Hingga langkah kaki nya terhenti saat berpas-pasan dengan Pawat di anak tangga pertama. Kedua mata tajam khas turunan dari Mew itu saling tatap.

Pawat memutuskan kontak mata dengan Abang sulung nya, dia membuang pandangan nya ke sembarang arah sedangkan Ton tidak peduli dan terus berusaha berjalan menaiki anak tangga.

Dia dan Pawat bagaikan orang asing yang satu atap. Bagaikan dua orang yang tak sedarah dan tak saling kenal, kedua nya sama-sama diam membisu, saling melempar tatapan rindu tanpa ada yang mau menyapa.

Mata tajam yang semula melirik kesembarang arah kini tertuju pada cara jalan Ton. Pawat berbalik melihat bagaimana susah payah Ton menaiki satu persatu anak tangga yang jarak nya lumayan.

Dia menghembuskan nafas nya kasar. Lalu berjalan naik kembali ke atas.

"Eh." Ton refleks melihat ke samping dimana Pawat merangkul nya dan menarik tangan nya untuk di bantu berjalan.

Tanpa kata apapun mereka berjalan, wajah datar Pawat terlihat lucu di mata Ton saat ini. Dia melirik sekilas lalu tersenyum tipis dan bersorak dalam hati.

"Pawat." Ton menggenggam tangan Pawat yang akan kembali keluar kamar nya setelah membantunya duduk di kasur.

Remaja dengan rahang tegas itu menoleh menaikan satu alis nya seolah bertanya.

"Makasih." Ucap Ton.

Ton memalingkan muka nya, melihat betapa mirip nya Pawat dengan Mew membuat dia teringat dengan kejadian di sekolah tadi. Mew membuat dia kembali terluka, bukan hanya Mew tapi juga Gulf yang sudah berjanji akan memperbaiki malah kembali menumbuhkan luka baru.

"Lo bisa keluar." Ucap Ton melepaskan pegangan nya pada Pawat.

"Lo-"

"Kalau lo mau bahas soal Win, maaf gue gak bisa. Bukan gue pelaku nya tapi gue yakin lo juga bakal gak percaya kan? Jadi keluar."

Pawat menghembuskan nafas kasar, dia memang ingin bertanya dan berharap Abang nya mengatakan sejujur nya. Pawat keluar kamar Abang nya tanpa kata.

_____

Pawat memejam kan mata nya menikmati semilir angin yang menghembus ke wajah tampan nya. Terhitung sudah 20 menit dia berada disini, berada di balkon kamar nya menikmati angin dengan pikiran yang berisik.

Cerita-cerita Aidan beberapa hari ini kembali teringat, bagaimana anak itu membanggakan teman Abang nya yang sangat manis, baik, cuek dan perubahan singkat yang membuat dia terkejut. Aidan juga menceritakan bagaimana sang Papi memprediksi kan bahwa teman abangnya memiliki kondisi mental yang buruk, mungkin karena tekanan keluarga atau ada hal lain dan yang lebih mengejutkan nya Aidan berkata bahwa teman Abang nya mengalami perundungan yang mengharuskan Dady nya jadi saksi.

Luka Yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang