Note : maaf kalau ada typo!
Sorry ya harus nya tdi sore 😭 sebagai permohonan maaf, aku double up ko gays.
-----
Kembali terdengar dentuman musik yang keras dengan lampu kelap-kelip yang membuat malam ini semakin bergairah. Off duduk di sana dengan dua botol Vodka yang hampir kandas.
Matanya terlihat sayu dengan mulut yang merancau tak jelas.
Zee yang berada di depan nya hanya bisa menggeleng. Pria yang dulu terkenal dengan kepintaran nya menjadi liar seperti ini. Apa pengaruh kematian teman nya menjadi alasan untuk Off?
"Kita selesain misi ini setelah itu kita damai, apa lo mau?"
Jujur saja hidup dalam dendam tidak membuat Zee tenang. Bayangan darah dan hancur nya pertemanan terus dia rasakan.
Sejak kejadian itu Zee tidak bisa tidur tenang. Pikiran nya terus tertuju pada kejadian yang membuat semua nya runyam.
Pertengkaran, teriakan, tuduhan dan darah menjadi bayangan nya setiap saat.
Apa mungkin Off juga seperti itu?
"Damai? Apa setelah kita bunuh anak itu semua akan damai?" Zee tampak berpikir dengan pertanyaan Off.
Off tertawa keras. Untung saja suara musik begitu kencang hingga menyamarkan suara tawa Off.
"Lo tau? Si bodoh itu sebenernya sayang sama dia cuman dengan embel-embel melindungi dia lakuin itu semua." Off kembali meneguk gelas kecil Vodka.
Zee tampak berpikir keras. Semua nya rumit. Banyak fakta yang dia tidak tau.
Apa banyak hal yang dia tidak tau?
Zee bangkit dari duduk nya. Dia pergi tanpa pamit setelah mendengar apa yang di katakan Off, pikiran nya terbuka. Apa yang di lakukan dia salah? Tapi semua ini terjadi karena kehadiran anak itu.
Zee mengacak rambut nya frustasi. Pikiran nya berkecamuk. Dia mengambil ponsel nya, menekan beberapa tombol lalu menempelkan ponsel nya di telinga.
"Hallo, jemput bos kalian di club *** dia mabok berat." Setelah mengucapkan itu, Zee mematikan sambungan nya secara sepihak.
Dia masuk ke dalam mobil nya, menancap gas dengan kecepatan di atas rata-rata.
_______
"Kalau papah sama ayah punya Dede lagi belalti aku di pandil Abang dong?" (Pandil=panggil)
Anak itu sangat bersemangat melihat bayi mungil yang terbungkus oleh kain bayi. Bayi itu tampak mengedipkan mata nya lucu lalu tertawa memperlihatkan mulut yang tidak ada gigi. Dia bersorak senang saat adik nya merespon ucapan nya tadi .
"Ton suka?" Gulf duduk di atas kursi roda, lahiran nya kali ini memang menguras tenaga, tidak seperti saat melahirkan anak pertama yang begitu anteng.
Ton mengangguk antusias. "Cuka papah!" Katanya lucu.
Tubuh Ton yang kecil di angkat oleh pria dewasa yang terlihat beberapa uban di rambut nya. "Abang Ton harus jagain adik nya." Pria itu mencium wajah menggemaskan Ton.
"Mau di namain apa adik nya?" Lanjut nya bertanya.
"Win aja Opa, tapi Ton nda bica cali belatannya, opa mau bantu?" Semua orang terkekeh mendengar celotehan Ton. (Belatannya = belakang nya)
"Itu gampang, kamu tanya aja sama Ayah." Anak laki-laki yang lebih tua dari nya ikut menyahut memberi saran pada Ton yang tampak berpikir keras perihal nama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Yang berbeda
Teen Fiction⚠️banyak typo dan nama yang salah, belum di revisi⚠️ Cerita ini bukan hanya tentang rasa sakit yang dirasakan Ton, tapi juga tentang perjalanan setiap karakter yang terlibat di dalamnya. Setiap tokoh menyimpan luka dan rahasia mereka sendiri, masing...