11

185 30 0
                                    

DALAM CERITA INI HANYA FIKSI

DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN

TERIMAKASIH SEBELUMNYA

*

*

*

.

.

.

Smith Architects

Dua minggu sudah berlalu, dan semuanya berjalan lancar.

Proses renovasi hotel berjalan ideal banget, dengan rapat rutin seminggu sekali sama Cruz Industries, khususnya sama Adel, buat ngebahas keinginan dan kebutuhan dia sebagai klien. Sekarang mereka udah siap buat presentasi draf pertama rencana renovasinya.

Renovasi hotel jelas lebih ribet dibanding renovasi rumah. Banyak banget gambar yang harus dibuat supaya tiap lantai tertutup rapi dan nggak ada kesalahan. Tapi, karena ini cuma renovasi, sebagian besar fondasinya tetep ada, jadi kerjaan mereka jadi lebih mudah.

Prioritas utama Chika adalah memastikan klien puas—dan dalam hal ini, kliennya adalah Adel. Desain interiornya bakal dikerjain belakangan, soalnya dia pengen bangunannya dulu yang kelar dengan proses arsitekturnya sebelum mulai dekor.

Dan selama beberapa minggu terakhir ini, Adel sering mampir buat ngajak Chika makan siang. Udah pasti, abis itu selalu ada sesi bubble tea juga.

Chika nggak yakin apakah ini bisa dianggap kencan, tapi dia ngerasa makin nyaman sama Adel. Ada sesuatu tentang dia yang bikin Chika bisa percaya dan terbuka. Dia tahu Adel tipe yang nggak banyak bicara, tapi kata-kata yang diucapin Adel kadang cukup buat bikin jantungnya berdebar.

Akhirnya, hari Jumat tiba, dan seperti biasa, Chika duduk di mejanya, ngerjain denah lantai sambil nanda-nandain bagian yang perlu diperbaiki.

Tiba-tiba, tanpa ketuk pintu, Liam muncul dengan senyum lebar di wajahnya.

Senyum yang keliatan nakal.

"Apa kabar?" sapa Liam sambil duduk di kursi seberang meja Chika.

"Baik," jawab Chika, nggak ngelirik sedikit pun. Fokus banget dia sama layar di depannya.

Liam menarik napas dengan gaya drama banget. Dan ketika Chika nggak merespons, dia akhirnya nyeletuk lagi. Chika akhirnya nyerah dan menarik napas panjang, baru ngeliat ke arah bosnya yang tingkahnya kekanak-kanakan itu.

"Iya, Liam? Ada apa sih, Yang Mulia?" tanya Chika, nada bercanda.

Pas itu Gracie masuk sambil bawa secangkir kopi, dan naruh di depan Liam. Liam ngangguk sebagai tanda terima kasih sambil menyeruput kopinya.

"Aku suka banget. Harusnya kamu jadi asisten pribadiku aja." kata Liam sambil puas.

"Kasihan asistennya yang sekarang kalau dengar omongan itu," Chika nyengir sambil muter mata.

"Haha, kalau gitu, mending kamu naikin gaji Gracie aja." balas Liam.

"Kamu kan CEO, bukannya kamu yang tentuin siapa yang dapat kenaikan gaji?" Chika balik ngejawab, nada sedikit kesal.

"Okay deh, aku pergi dulu." kata Gracie sambil ngeleng kepala geli, terus dia langsung jalan ke pintu.

Sebelum pergi, dia nyelipin, "Semoga beruntung, Chika," sambil nutup pintu di belakangnya.

"Jadi, kayak yang tadi aku bilang sebelum ada gangguan kecil kita," kata Liam, fokus lagi ke Chika.

Chika cuma ngangkat alis, penasaran apalagi yang mau Liam omongin sekarang.

Cruz x San Jose (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang