24

123 18 0
                                    

DALAM CERITA INI HANYA FIKSI

DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN

TERIMAKASIH SEBELUMNYA

*

*

*

.

.

.

"Aku rindu kamu." ucap Chika kepada Adel.

Chika duduk di kursinya, berhadapan dengan Adel dengan wajah cemberut. Dia sangat merindukan sentuhan dan ciuman lembut Adel minggu ini.

Sudah beberapa hari sejak terakhir kali mereka bertemu, tetapi bagi pasangan itu, pertemuan itu terasa lebih lama. Chika sibuk dengan klien dan menyelesaikan segala sesuatunya untuk hotel Cruz serta mendapatkan persetujuan dari pemerintah kota. Adel juga dibanjiri pekerjaan, menghadiri rapat demi rapat, bahkan melakukan perjalanan bisnis singkat selama dua hari untuk mengawasi sebuah proyek di salah satu cabang di Seattle.

Meskipun mereka tidak pernah bertemu, mereka tetap saling mengirim pesan, menelepon, dan Video Call saat berjauhan. Mereka biasanya mengakhiri malam dengan Video Call, keduanya tertidur dengan laptop di samping mereka.

Adel telah kembali lebih awal hari itu dan langsung mengajaknya makan malam bersama, ingin menghabiskan malam bersamanya.

"Aku lebih merindukanmu, Sayang." ucap Adel menggenggam tangan Chika, memegangnya dengan lembut. Chika tersenyum bahagia sambil menatapnya.

Dia tampak lelah, yang masuk akal karena dia baru saja mendarat kembali di LA lebih dari satu jam yang lalu. Dia telah mencoba meyakinkannya untuk pulang dan beristirahat, tetapi dia berhasil meyakinkannya untuk mengizinkannya mengajaknya makan malam.

Mereka saat ini berada di sebuah restoran bagus tempat Adel dan keluarganya sering makan. Karena mereka tiba di restoran itu pada puncak jam makan malam, restoran itu cukup penuh, tetapi sebagai Radelo Adel Cruz, ia dapat mempersilahkan mereka duduk dengan cukup cepat.

"Sekali lagi, aku minta maaf soal Mamaku pada hari Sabtu." ucap Chika meminta maaf sekali lagi, sambil menunduk melihat tangan mereka yang saling bertautan. "Aku benar-benar lupa Mamaku akan mampir." lanjutnya.

"Sayang." Adel bujuknya lembut. "Berapa kali aku harus bilang padamu bahwa itu bukan sesuatu yang harus kamu minta maaf." lanjutnya.

"Tapi-" ucap Chika.

"Tidak ada tapi-tapi an." ucap Adel menatapnya dengan pandangan marah. "Meskipun aku terkejut, Mamamu adalah wanita yang sangat baik. Aku sebenarnya lebih khawatir karena aku tidak meninggalkan kesan yang baik—maksudku, kamu memang menginap di rumahku." lanjutnya.

Chika merasakan pipinya memanas saat hatinya meleleh. "Kenapa kamu khawatir? Kamu tidak perlu khawatir." tanya Chika.

"Tentu saja, aku khawatir dengan itu" kata Adel malu-malu, mengangkat tangannya yang bebas untuk mengusap punggung tangannya. Sambil berdeham. "Itu pertama kalinya aku berada dalam situasi itu dan aku benar-benar ingin Mamamu menyukaiku." lanjutnya.

Sambil tersenyum lembut, dia mengusap tangannya dengan gerakan melingkar yang menenangkan. "Kamu belum pernah melakukan ini sebelumnya?" tanya Chika.

Adel mencibir, menatap matanya. "Tentu saja tidak, Sayang. Kamu tahu bagaimana aku." ucap Adel.

"Baiklah." ucap Chika memulai, seraya mencondongkan tubuh ke depan, memberikan kecupan kecil dan lembut di bibir Adel sebelum kembali duduk di kursinya. "Jika itu membuatmu merasa lebih baik, kurasa kamu telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan bertemu Mamaku pada hari Sabtu. Dia mencintaimu dan dia tidak akan berhenti membicarakanmu setiap kali dia menelepon. Aku harus memastikan dia merahasiakan tentang kita." lanjutnya.

Cruz x San Jose (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang