DALAM CERITA INI HANYA FIKSI
DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN
TERIMAKASIH SEBELUMNYA
*
*
*
.
.
.
Adel memegang erat tangan Adelika saat ia menuntunnya ke belakang panggung ke tempat beberapa orang tua lainnya bersama anak-anak mereka.
Dengan tirai merah besar yang menggantung dari langit-langit, auditorium itu semegah panggung Broadway mewah lainnya. Area belakang panggung sama gaduh dan berisiknya dengan area penonton, dengan anak-anak berlarian dengan balutan tutu dan orang tua mereka mengikuti mereka dengan khawatir.
"Hai, Adelika. Tuan Cruz, senang bertemu Anda lagi," sapa instruktur balet, Ibu Karina. "Apakah Anda siap?" lanjutnya.
"Hai, Ibu K," ucap Adelika tersenyum malu sebelum menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, kami akan menunggu di balik tirai, kapanpun Anda siap bergabung dengan kami, Sayang," kata Ibu Karina, menunjuk ke tempat beberapa siswa lainnya berdiri. Setelah berkata demikian, ia berjalan pergi untuk menyambut orang tua lainnya yang cemas dan gembira.
Begitu mereka berdua sendirian, Adel berlutut agar sejajar dengan putrinya. Seketika, Adelika melompat ke pelukannya, melingkarkan lengan mungilnya di leher ayahnya, ingin berpelukan sebentar sebelum naik ke panggung.
"Kamu gugup, Sayang?" tanya Adel pelan, mengusap punggung Adelika, ingin menghiburnya.
"Sedikit, Papa," gumam Adelika, menempelkan pipinya di bahu ayahnya.
"Kamu akan melakukannya dengan luar biasa, Putri," ucap Adel, sambil terus mengusap punggung Adelika dengan lembut. "Mamamu dan aku sangat bangga padamu. Kami akan melihatmu dari barisan depan." lanjutnya.
"Janji?" tanya Adelika menatapnya dengan mata rusa besarnya sebelum mengulurkan kelingkingnya.
"Aku janji, gadis kecil," kata Adel, tulus, tidak pernah mengingkari janji, terutama dengan gadis kecilnya. Ia menepati janji dan kelingkingnya. "Mungkin kita bisa makan es krim setelah ini." lanjutnya.
Adelika tersentak, kegembiraan menari di matanya. "Sebelum makan?" tanya Adelika.
Adel mengangguk sambil berbisik seolah-olah mereka akan berbagi rahasia. "Sebelum makan malam—aku punya firasat Mamamu mungkin akan berkata 'ya'." ucap Adel.
"Adelika sayang Papa." ucap Adelika.
"Papa juga sayang kamu, Sayang," ucap Adel mencium pipi Adelika, sebelum melepaskannya.
Merasa termotivasi, Adelika mengucapkan selamat tinggal kepada papanya, sebelum berlari ke tempat para penari lainnya berbaris. Dengan senyum bangga, ia meninggalkan panggung dan berjalan kembali ke tempat anggota keluarga lainnya duduk di baris pertama, kedua, dan ketiga. Ia tidak percaya bahwa mereka semua, lebih dari 20 orang, telah mengosongkan jadwal sibuk mereka hanya untuk menonton Adelika tampil.
Seperti yang telah ia sebutkan sebelumnya, Adelika telah melilitkan mereka semua di jari mungilnya.
Begitu ia duduk di kursinya di sebelah Chika, yang mencoba membuat Adeleon duduk dengan tenang di kursinya, Adeleon telah naik ke pangkuannya, mencari kenyamanan dari ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cruz x San Jose (END)
RomanceDALAM CERITA INI HANYA FIKSI DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN. TERIMAKASIH SEBELUMNYA. Radelo Adel Cruz dikenal kejam. Tumbuh sebagai pewaris perusahaan multi-miliar dolar, ia segera menyadari bahwa orang-orang selalu punya mo...