23

116 20 0
                                    

DALAM CERITA INI HANYA FIKSI

DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN

TERIMAKASIH SEBELUMNYA

*

*

*

.

.

.

"Jadi, kamu berkencan dengan putriku?" tanya Hayane.

Adel duduk kaku di kursinya, merasakan tatapan mata Mama pacarnya. Mengatakan bahwa dia gugup adalah pernyataan yang meremehkan.

"Ya, Tante." ucap Adel menjawab dengan sopan, menutupi suaranya dengan percaya diri. Apa yang ia rasakan di dalam hatinya adalah kebalikan dari apa yang ia tunjukkan, sebuah sifat yang telah ia kuasai selama bertahun-tahun.

Adel tidak pernah berada dalam situasi seperti ini dan fakta bahwa Chika pergi untuk menaruh barang-barangnya di kamarnya, meninggalkan mereka berdua, sama sekali tidak membantu situasi. Hal ini membuatnya sepuluh kali lebih gugup dan ia hanya berharap pacarnya akan segera kembali.

Senyum kecil mulai terbentuk di wajah Mamanya Chika saat ia terus menatap Adel, membuatnya bergerak tidak nyaman. Ya, ia adalah Radelo Adel Cruz, miliarder yang kejam dan dingin, namun duduk di depan Mama pacarnya membuatnya merasa sangat kecil.

"Ma, berhentilah menatapnya. Mama akan membuatnya takut." gerutu Chika saat kembali ke kamar, duduk di sampingnya di meja makan. Adel menghela napas lega saat ia mengaitkan jari-jari mereka dan meremasnya.

Chika memegang tangan Adel, seolah meminta maaf karena meninggalkannya sendirian dengan Mamanya. Chika masih mengenakan pakaian Adel, tetapi mengenakan celana pendek dan kaus kaki berbulu.

"Apa aku membuatmu takut, Sayang?" tanya Mamanya dengan wajah polos, membuat Chikaa menutup matanya karena malu. Chika tahu Mamanya melakukan ini dengan sengaja.

"Tentu saja tidak, Nyonya San Jose." bantah Adel cepat, ingin membuat Mamanya Chika senang.

Chika menatap ke arah Mamanya saat tawa kecil keluar dari mulut Mamanya itu, matanya menyipit karena geli. "Sudah cukup dengan itu. Kamu bisa memanggilku Hayane."

Mulut Adel terbuka dan tertutup karena tidak percaya, bahunya merosot karena lega. Sepertinya Mamanya Chika menyukainya, yang merupakan awal yang baik.

"Kalian berdua sudah sarapan?" tanya Hayane, sambil mulai mengeluarkan kotak-kotak kecil makanan dari tas dan menaruhnya di atas meja. "Aku membelikan makanan kesukaanmu." lanjutnya.

"Belum, Ma." gumam Chika, sambil membungkuk untuk membuka kotak-kotak itu. Mulutnya berair saat melihat hidangan dim sum favoritnya tersaji di hadapannya. "Kapan mama sampai di sini?"

Adel memperhatikan mata Chika berbinar-binar karena bahagia sebelum menoleh untuk melihat hidangan di depannya dengan rasa ingin tahu. Aroma lezat memenuhi ruangan dan saat Adel melihat ke bawah, Adel menyadari bahwa itu sangat berbeda dari sarapan yang biasa Adel makan.

"Tepat sebelum kalian berdua masuk." ucap Hayane meletakkan 3 piring dan sumpit di depan mereka. Ia mulai menumpuk makanan ke piring Adel saat Adel mengucapkan terima kasih padanya. "Mama pikir kamu masih tidur di kamarmu dan Mama berencana membangunkanmu pukul 11. Adel, sayang, makanlah." lanjutnya.

Karena ingin bersikap sopan, Adel dengan kikuk mengambil sesuatu yang tampak seperti udang yang dibungkus kertas bening yang bisa dimakan dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Matanya terbelalak karena terkejut—rasanya yang lezat memenuhi mulutnya. Meskipun Adel tidak terbiasa menggunakan sumpit, ia tetap ingin membuat Hayane terkesan.

Cruz x San Jose (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang