27

114 17 0
                                    

DALAM CERITA INI HANYA FIKSI

DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN

TERIMAKASIH SEBELUMNYA

*

*

*

.

.

.

"Berhentilah menggerakkan kakimu ke atas dan ke bawah." ucap Hayane.

Hayane berjalan lewat, menatap tajam ke arah putrinya yang gelisah. Ketika putrinya tidak menurut, Hayane menahan kaki Chika dengan tangannya, mencegah Chika bergerak.

"Kamu akan membuang semua kekayaanmu." gerutu Hayane. Itu adalah takhayul yang dipercaya banyak orang—bahwa jika kau menggoyangkan kakimu ke atas dan ke bawah secara terus-menerus, kamu akan kehilangan semua kemakmuranmu.

Jujur saja, Chika tidak mengerti, tetapi menuruti keluhan Mamanya. Dia tahu bahwa jika tidak, dia pasti akan mendapat omelan.

Chika menghela napas dan melirik jam untuk kesekian kalinya. Waktu terasa berjalan lebih lambat dari biasanya hari ini dan dia tidak dapat menahan rasa cemasnya.

"Aku tidak tahu mengapa kamu begitu gugup." ucap Chris mengalihkan pandangannya dari ponselnya sambil tersenyum riang. "Papa dan aku akan bersikap baik." lanjutnya.

"Dan itulah mengapa aku gelisah." gerutu Chika sambil menoleh lagi untuk melihat jam.

"Jangan khawatir, Sayang." kata Hayane meyakinkan sambil mengusap lutut Chika dengan lembut. Ia menatap Chris dengan tegas. "Mereka berdua akan bersikap baik dan ramah." lanjutnya.

"Aku harap begitu." gumam Chika, sambil melirik jam ketika akhirnya menunjukkan pukul 6.

Dan tepat pada saat itu, bel pintu berbunyi.

"Aku akan mengambilnya." teriak Chika sambil melompat berdiri, namun tak lama kemudian dia berbalik untuk melihat kakaknya.

"Sebaiknya kamu bersikap baik."ucap Chika menatap kakaknya dengan serius sebelum berlari menuju pintu. Chris memutar matanya dan menggerutu kesal. Mengapa semua orang tidak begitu percaya padanya?

Begitu dia membuka pintu, dia langsung menghempaskan dirinya ke Adel yang langsung memeluknya erat.

"Hai, sayang." ucap Adel membalas pelukan Chika.

Chika menarik napas dalam-dalam, menghirup aroma tubuh Adel. Aroma itu menenangkannya dan seketika, kecemasannya menghilang. Ia merasakan Adel terkekeh di bawahnya sambil mengusap punggungnya dengan lembut.

"Hai, aku merindukanmu." gumamnya Chika di balik mantelnya. Adel mengecup leher wanita itu, mengecup lembut bahunya yang telanjang, lalu bergerak ke arah lehernya.

"Aku juga merindukanmu, Sayang." ucap Adel menarik diri, lalu dengan lembut menurunkannya kembali ke tanah. "Kamu tampak cantik." lanjutnya.

Pipinya semakin memerah karena pujiannya sebelum berbalik 360 derajat, sehingga dia bisa melihat. "Benarkah?" tanya Chika.

Senyumnya melebar saat Adel mengamati penampilannya. Chika mengenakan sweater off-shoulder yang memperlihatkan bahu ramping dan tulang selangka yang tegas. Ia memasukkan atasannya ke dalam celana jins ketat berpinggang tinggi yang membuat kakinya tampak lebih jenjang. Dan tentu saja, ia bertelanjang kaki.

 Dan tentu saja, ia bertelanjang kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cruz x San Jose (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang