15

168 33 0
                                    

DALAM CERITA INI HANYA FIKSI

DAN DILARANG MENYEBARKAN CERITA KE MEDIA SOSIAL MANAPUN

TERIMAKASIH SEBELUMNYA

*

*

*

.

.

.

Hari yang buruk bagi Adel

"Apa saya bayar kalian buat main-main dan buang-buang waktu saya?" kata Adel, suaranya langsung keras dan penuh amarah.

Dia ngebanting telapak tangannya ke meja, bikin semua orang terbelalak kaget. Suaranya yang tegas dan marah menggema di ruang konferensi.

"Perbaiki ini paling lambat hari Jumat, atau kalian semua dipecat," sambung Adel, ngasih peringatan tegas.

Sebelum ada yang sempat ngomong, Adel langsung berdiri dan keluar dari ruang konferensi. Hari itu lagi nggak enak banget buatnya—atau bahkan minggu ini. Sejak Sabtu, pikirannya cuma ke Chika, tapi kayaknya Chika malah cuek sama dia.

Adel pengen banget ketemu Chika, tapi setelah acara di Sabtu itu, dia harus terbang ke New York buat ngerjain urusan di cabang Cruz Industries yang lain.

Tapi, itu nggak bikin dia berhenti.

Adel tetap nelepon dan kirim pesan tiap hari, tapi Chika terus nggak bales. Dia nggak ngerti apa yang salah—yang dia butuhin cuma jawaban. Karena kesal, dia malah ngeluarin amarahnya ke karyawan-karyawannya. Jadi makin galak dan gampang marah dari waktu ke waktu.

Adel nyilongkan tangannya, berdiri, dan ngeliatin pemandangan dari jendela besar kantornya yang menghadap Bacolod, LA. Baru aja pulang dari perjalanan bisnis singkat kemarin, dan langsung pengen banget ke apartemennya Chika buat ketemu. Tapi, karena cuaca jelek, penerbangannya ditunda, jadi dia baru bisa mendarat tengah malam.

Tentu aja itu bikin dia makin kesal, dan suasana hati semakin buruk. Suasana hatinya makin nyebelin tiap hari—ya, itu yang terjadi.

Dan itu keliatan banget dari caranya marah-marahin karyawan kanan kiri. Kesalahan sekecil apapun langsung dipecat. Semua orang pada takut kalau ada di garis pandangnya. Bahkan Lucas nggak bisa ngebantuin mereka dari kemarahan Adel.

"Tok, tok."

"Apa?" Adel balik badan, ngeliat ke pintu, marah karena ada yang ganggu.

"Begitu caramu nyapa adik perempuanmu?" Adelyn nanya, ngeliatin kakaknya dengan tatapan penuh tanya sambil masuk ke kantornya.

Adel cuma nggerutu, terus duduk di mejanya.

"Hari yang buruk," ucap Adel.

"Kayaknya dengan mood kamu yang kayak gitu, Tamare belum dateng ya?" Adelyn jawab, ngerespon suasana hati Adel yang lagi nggak oke.

Adel nggak jawab, cuma diem aja. Itu bikin Adelyn ketawa pelan.

"Kamu tau kan, dia nggak maksud ngomong kayak gitu Sabtu malam. Itu cuma spontan aja," tambah Adelyn.

"Dan gimana kamu bisa tau?" tanya Adel, pura-pura sibuk sama kertas-kertas di mejanya.

"Karena dia cerita ke aku," jawab Adelyn santai. Jawabannya langsung bikin Adel ngeliatnya dengan pandangan serius.

"Kamu ngomong sama dia?" tanya Adel, wajahnya yang biasanya dingin kini penuh tanda tanya.

"Jelas aku ngomong. Aku nginep di rumahnya tadi malam," jawab Adelyn dengan nada yang kayak 'ya ampun'.

Cruz x San Jose (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang