“Ternyata kamu menepati janji, gimana?” Bos Rambo menaikkan kakinya keatas meja.
“Tentu aku datang lagi," jawabku dengan nada congkak.
“Ada yang mesen 5 paket,” ucapku dengan suara membisik.
“Lima paket, wah, wah awal yang sangat bagus. Gor ambilkan aku lima paket,” teriak bos Rambo pada anak buahnya.
“Siap Bos.” Anak buahnya pun langsung mengambilkan paket benda terlarang itu.
(Plak)... paket itu telah terdampar di atas meja. “Ini bawa pada mereka dan racuni teman-temanmu yang lainnya. Hahahaha.” Bos Rambo terlihat sangat gembira yang dia kira telah menemukan korban baru padahal dilah menjadi korban ku. Aku mengambil bingkisan paket benda terlarang itu yang terbalut rapi dan sangat rahasia itu lalu pergi meninggalkan rumah itu.
Bukti telah bertambah lagi, semua telah terpasang erat dan aku siap mengantarkan paket terlarang itu kepada polisi.
Di kantor polisi aku menyerahkan bingkisan itu dan bercerita panjang lebar pada mereka, lalu kulihatkan hasil record dan rekaman video yang kudapat. Pak polisi mendengarkanku dengan saksama sambil mencatat semua poin penting yang aku katakan.
Setelah selesai aku merasa sangat lega, aku kira tidak semudah ini. Ternyata aku salah, belum dua hari aku telah menyelesaikan misiku ini. Tidak berapa lama.
{Dering ponsel} tertera nomor tanpa nama pemiliknya, aku pun mengangkatnya.
“Mbak Janu cepat pergi dari sini, bahaya!” sebuah peringatan, aku mengenal suara itu. Suara itu tak lain dari suara mbak Yuli. Aku kaget bukan kepalang, langsung saja aku memutuskan kerumah mbak Yuli untuk memastikan keadaan.
Benar adanya, rumah mbak Yuli kembali berantakan, kucari orang-orang rumah namun tidak ada seorangpun. Rumah itu kosong tanpa ada siapapun dan terlihat coretan di kaca kamar mbak Yuli.
[Kau mau bermain-main denganku? rasakan akibatnya!] Aku panik, siapa lagi pelakunya kalau bukan bos Rambo beserta anak buahnya. Tanpa pikir panjang aku langsung kerumah Arga untuk memberitahukan kejadian ini pada abah.
{Dering telepon} panggilan dari pak polisi. Dengan sigap aku angkat panggilan itu.
'Dengan Ibu Janu, bisa kembali ke kantor!' ucap pak polisi dari balik telepon.
'Baik Pak,' jawabku dengan sigap, aku langsung putar balik ke kantor polisi.
“Begini bu, soal bingkisan itu isinya bukan benda terlarang. Hanya sebuah roko beserta koreknya.” Pak polisi menyerahkan bingkisan yang tadi kubawa dan benar adanya bahwa isi bingkisan itu hanyalah rokok dan koreknya.
“Pak ini pasti rencana mereka Pak, Pak tolong bantu saya temen saya sedang dia tahan Pak,” aku memohon.
“Baiklah bu, akan kami usahakan mengurus kasus ini. Sebaiknya ibu pulang dulu, untuk masalah ini biar kami yang tangani,” jawab pak polisi.
Aku pun memutuskan untuk pulang keruma nenek.
“Ummi, Ummi,” panggilku.
“Iya Nak ada apa teriak-teriak. Kamu darimana aja Ummi cariin?”
“Ummi, Mbak Yuli,” ucapku.
“Yuli kenapa?” ummi mulai panik.
“Mbak Yuli ditawan Bos Rambo,” jawabku.
“Bos Rambo,” kakek terkaget.
“Kenapa bisa?” timpal nenek.
Aku pun menceritakan semua kejadian dua hari ini, betapa terkejutnya ummi mendengar apa yang telah aku putuskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
January for günaydın cinta
Fiksi RemajaApa yang kau harapkan dari bulan januari? Puncak hujan yang memberikan ketenangan dari bisingnya gendang telinga yang telah rapuh untuk mendapati segala tanya dan kabar cela, atau sebuah sunyi yang tak kunjung reda tanpa suara tawa?