Bertengkar

1 0 0
                                    

Gawaiku berdering tanda panggilan masuk, aku mengangkat panggilan itu ternyata panggilan dari Pretty.

[Hallo, Janu cepetan kesini! Gawat] Terdengar suara Pretty sangat panik ditambah suara berisik dari sekitarnya.

[Gawat apanya Pretty]

[Gawat Janu, Sulhan sama Ahmed berantem]

[Apa? Kenapa? Dimana?]

[Cepetan lah kesini nanti kamu akan tau sendiri. Kami di dekat selat bosphorus Janu]

[Yaudah aku kesana!]

Bergegas aku menuju selat bosphorus.

               * * *

Terlihat orang-orang sedang bergerombol, aku langsung menerobos masuk dan nampaklah Ahmed dengan Sulhan yang sedang bertengkar hebat, beradu gulat dan saling memukul.

"Stop!" teriakku. Semua mata tertuju padaku, Ahmed yang sedang memegang kerah Sulhan dengan sebuah genggaman itu pun terhenti.

Pretty menggandeng tanganku "Janu, aku takut!"

Aku mengelus tangan Pretty yang memegang tanganku dengan erat.

"Janu," ucap Sulhan dengan Ahmed secara bersamaan.

Aku memandang mereka dengan keadaan marah "Please! kalian berhenti sekarang!"

"Tap.. Tapi."

"Sekarang!" teriakku.

Ahmed melepaskan tangannya pada kerah baju Sulhan, Pretty meminta semua orang untuk bubar dari tempat ini. Orang-orang yang tadinya bergerombolan pun berhamburan pergi. Pretty bergegas menemui Sulhan yang jatuh dalam keadaan mulut sedikit berdarah. "Sulhan ayo bangun!"

Sedangkan Ahmed  berlari mendatangiku.

"Janu, jangan pernah percaya dengan lelaki br**g**k kayak dia." Sulhan berteriak.

Ahmed terhenti lalu langsung berlari ingin menghantam Ahmed.

"Ahmed please berhenti, jangan lagi!" Pretty meneteskan air matanya sambil memangku Sulhan.

Aku menatap pada Pretty yang mana dia mengeluarkan air mata yang sangat tulus, aku langsung teringat pada cerita miliknya itu 'Mungkinkah pangeran yang Pretty maksud itu adalah Sulhan?'

'Jlebb' otakku mengingat semua ekspresi Pretty saat kami jalan bersama dengan Sulhan.

Aku bersigera menarik Ahmed yang terdiam dengan menggenggam tangannya yang siap untuk meluncurkan genggamanannya di wajah Sulhan. "Ahmed sudah, kalian ini kenapa sih?"

Pretty berusaha membangungkan Sulhan, aku membantu mereka berdiri.

Saat aku melepaskan tanganku, Sulhan meraih lenganku lalu berlutut, aku terkejud melihatnya yang mana mulutnya masih ada darah bekas luka. Aku menatap pada Pretty yang terlihat berusaha membendung air mata. "Januako mohon terima...."

"Sulhan nanti aja ngomongnya lukamu itu harus dikompres," aku memotong ucapan Sulhan yang sebenarnya aku tau apa yang ingin Sulhan katakan.

January for günaydın cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang