Mempermainkan Cinta

1 0 0
                                    

"Brak." Buku Pretty berhamburan  terjatuh ke tanah. Pretty bergegas mengambilnya, Sulhan dan aku membantunya.

Sulhan tertuju pada buku cover hijau. "Buku apa ini?" Sulhan membalik-balik buku itu.

Spontan Pretty merebut buku itu dari Sulhan. "Bukan apa-apa cuman buku cerita," dengan wajah yang terlihat cemas.

Aku menatap bingung pada Pretty.

"Liat dong, kayaknya menarik!" Sulhan menadah tangannya.

Pretty menggeleng sambil memeluk buku itu erat "Kamu kan nggak suka baca."

"Ya terserah aku lah," jawab Sulhan.

Mereka berdua beradu mulut memperebutkan buku tersebut, aku yang merasa menjadi obat nyamuk diantara mereka berdua hanya bisa tertawa
kecil melihat tingkah lain dari Pretty yang bisa menjadi seperti tikus dan kucing.

"Ngapain pada jongkok?" Tiba-tiba suara Ahmed memecah kebisingan adu mulut Pretty dengan Sulhan.

Aku menoleh kebelakang mencari sumber suara Ahmed, benar Ahmed telah berdiri tepat di belakangku, aku melihat ke atas nampaklah lobang hidung Ahmed. Hehe pemandangannya kok malah lobang hidung ya, sudahlah jangan terlalu fokus kesana.

"Ahmed," ujarku yang berusaha berdiri, ya begitulah penyakit para pengidap darah rendah yang saat bangun dari jongkok ataupun rebahan berasa bisa mengguncangkan dunia. Pusing, aku sempoyongan.

"Eh, eh kenapa Janu?" ucap Ahmed yang menadah tangannya seolah aku mau pingsan.

Aku memijat kepala. "Nggak apa Ahmed cuman sedikit pusing aja."

"Darah rendah, Janu?" Sulhan beranjak dari jongkoknya lalu mendekatiku.

Aku mengangguk pelan, Sulhan memintaku untuk duduk di kursi lalu menyodorkan aku segelas air mineral.

"Udah aku nggak apa-apa Ahmed," aku terkejut, semua mata tertuju padaku lebih tepatnya mata Sulhan yang menatapku dengan tanya. Pretty masih sibuk memasukkan buku-bukunya yang terjatuh itu kedalam tasnya.

Aku berusaha mengubah mimik wajah "Sulhan, makasih," ucapku gugup.

Sulhan masih dengan pandangan penuh tanyanya sembari mengangguk pelan, entah mengapa mulutku langsung saja melontarkan nama Ahmed padahal Sulhan yang sedang berada di hadapanku.

"Janu." Ahmed mendekati aku dengan Sulhan.

Aku menatap Ahmed "Iya," jawabku, Sulhan masih terkekeh melihatku yang sedang memegang air mineral gelas.

Dengan tangan yang dimasukkan dalam kantong jaket, Ahmed dengan santai berucap "Ayo ikut!"

"Kemana?" aku masih menengadah melihat Ahmed.

"Ikut saja!" ucapnya sembari mendekatkan wajahnya.

Sulhan hanya diam mematung, aku menatap Sulhan sebentar lalu beranjak mengikuti Ahmed.

"Janu," panggil Sulhan.

Pretty terdiam mematung dengan memeluk tas ransel yang berisi penuh dengan buku.

January for günaydın cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang