“Janu, bisa nggak kamu nurutin aku sebentar?” Pretty menatapku dengan tatapan yang sangat serius.
Aku yang sedang fokus menulis menjadi terhenti dibuat olehnya. “Nurutin apa?”
“Telepon Ahmed sekarang, terus tanya dia sekarang ada dimana?”
“Tapi buat apa?”
“Udah turutin aja!” paksanya.
Aku mengangguk pelan lalu mulai menelpon Ahmed.
Berdering....
Berdering....
Berdering...
“Gimana?”
Aku menggeleng pelan. “Cuman berdering, mungkin dia lagi nggak megang Hp.”
“Coba lagi!”
“Tap..”
“Udah lakuin aja!”
Aku kembali menelpon Ahmed...
‘Assalamu’alaikum.'
‘Wa’alaikumussalam, Ahmed,’ ucapku.
‘Ada apa Janu?’ tanyanya.
Aku bingung mau berkata apa,
“Lord speaker..Tanyain dia di mana sekarang!” Pretty berusaha berucap tanpa mengeluarkan suara agar tidak terdengar oleh Ahmed.
‘Hallo, Janu'
‘Iya Ahmed, kamu sekarang di mana?’
‘Aku, aku lagi ngerjain tugas. Emang kenapa?’
Aku menatap kearah Pretty yang memberikanku arahan bicara. “Sama siapa?” ujar Pretty.
‘Sama siapa?’
Aku mendengar ada suara yang tidak asing di telingaku, sepertinya orang itu bersebelahan dengan Ahmed karena lumayan sedikit terdengar di balik telepon.
‘Sama temen, sudah dulu ya Janu ini lagi sibuk soalnya, nanti aku telepon kembali.’
Belum sempat aku menjawab, Ahmed sudah mematikan panggilan. Kira-kira suara siapa itu? Sepertinya tidak asing di telingaku.
“Janu, gimana?” Pretty mengagetkan aku.
“Heh.”
“Kenapa kamu ngelamun?”
“Enggak kok nggak kenapa-napa.”
“Aku curiga sih sama Ahmed ini.”
“Mungkin perasaan kamu aja kali.”
“Enggak Janu, ini beneran, sepertinya feeling aku benar. Aku sangat yakin.”
“Terserah kamu lah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
January for günaydın cinta
Ficțiune adolescențiApa yang kau harapkan dari bulan januari? Puncak hujan yang memberikan ketenangan dari bisingnya gendang telinga yang telah rapuh untuk mendapati segala tanya dan kabar cela, atau sebuah sunyi yang tak kunjung reda tanpa suara tawa?