Jangan Hubungi Aku Lagi!

0 0 0
                                    

Aku keluar dari ruangan karena ummi perlu beristirahat, ucap suster yang memintaku untuk keluar

"Gimana Mbak?" tanya mbak Yuli yang terlihat panik.

"Alhamdulillah Ummi sudah sadar," jawabku.

Semuanya mengucapkan hamdalah mendengar jawabanku. Aku tersenyum yang masih dibalut dengan gemuruh khawatir, dan juga kejadian yang ada di Turki sebelumnya. Kenapa ummi harus menyebut Dion tadi, aku jadi kembali teringat saat Ahmed dengan Dion  waktu di Turki.

"Mbak, bisa ikut Janj ke depan sebentar?"

"Tentu Mbak."

"Janu, sama Mbak Yuli ke depan sebenar," aku meminta izin pada semuanya. Lalu mereka jawab dengan anggukan.

Kami berdua beranjak pergi ke depan rumah sakit, ada yang ingin aku tanyakan pada mbak Yuli namun tidak ingin terdengar yang lainnya.

"Mbak Yul, Janu mau nanya sama Mbak Yul," ucapku.

"Silakan Mbak!" jawabnya.

"Apa Dion ada kesini?" tanyaku.

Mbak Yuli mengangguk pelan. "Ada Mbak."

"Ngapain?"

"Jenguk Ummi."

"Mbak Janj tau darimana kalau Dion ada kesini?"

"Dari Ummi."

Hatiku sekarang mulai gelisah. "Pasti Dion mau cari muka sama ummi biar nanti ummi nyariin dia terus, sehingga memintaku untuk menikah dengan Dion. Dion, Dion, ternyata kamu masih belum.berubah ya," gumamku.

Dion, dia bisa menjadi apapun sesuai kebutuhannya, dia bisa seperti singa yang siap menerkam mangsa dan bisa juga menjadi hello kitty agar orang senang padanya. Aku sudah sangat kenal dengan yang namanya Dion ini, dan kepercayaan serta pikiran baik tentangnya sudah menjadi hal yang tidak masuk akal di otakku.

Dering gawaiku menggetarkan tanganku, nomor tanpa pemiliknya sedang melakukan panggilan telepon padaku. Aku tidak ingin menghiraukan panggilan itu dan mematikannya, namun secara berulang dia menelponku lagi dan lagi, aku yang merasa sangat terganggu mengatur hp kj dengan mode senyap agar panggilan telepon itu tidak lagi menggangguku. Aku sedang tidak ingin berbicara kepada siapa pun kecuali keluarga dan orang orang yang dekat seki denganku.

"Kenapa nggak diangkat Mbak?" tanyanya.

"Nggak mau aku Mbak, nggak ada namanya," jawabku.

"Angkatlah dulu Mbak, siapa tau penting!"

Aku menghela nafas. "Baiklah, Janu angkat telepon duku ya Mbak."

Aku menjauh dari mbak Yuli untuk mengangkat telepon.

{Hallo}

{Hallo}

{Hallo ini siapa}

Sama sekali tidak ada jawaban.

{Janu}

Jleb, hatiku mulai tidak menentu mendengar suara itu, aku kenal suara tersebut, suara yang sering ku dengar saat di Turki dan orang pertama yang datang kepadaku dengan ucapan gunaydinnya. Ahmed, itu adalah suara Ahmed yang telah kupergoki telah berdusta, selama aku di Turki dia telah menipuku dengan membuatku jatuh cinta padanya dengan semua dustanya.

January for günaydın cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang