Ke Turki Part 2

1 0 0
                                    

Saat lampu hidup.....

"Selamat datang kembali ke rumah," ucap semuanya.

Aku dan ummi yang tidak mengetahui tentang kejutan ini sangat kaget dan tersenyum haru. Suasana yang sederhana namun sangatlah manis, keluarga emang paling bisa membuatmu bahagia dan tidak akan membiarkanmu berlarut-larut dalam kesedihan.

"Asih, sehat terus ya." Nenek mengecup kening ummi, ummi memeluk nenek erat.

"Makasih Bu, makasih semuanya," jawab ummi. Aku sungguh menangis haru melihat pemandangan yang sangat manis ini.

"Oh iya Janu, kami juga mau lihat Turki loh. Ayolah ajak kami nonton," ucap bapak.

"Iya Mbak, kemarin aku lihat di laptop mbak  Janu waktu di Turki. Yuk nonton yuk!" ucap mbak Yuli memelas.

"Yasudah, yuk, yuk."

Malam ini kami berkumpul kembali, menghabiskan waktu bersama-sama, aku mempersiapkan layar tancap untuk menayangkan video serta fotoku saat berada di Turki.

Semuanya telah duduk di ruangan yang gelap untuk menonton perjalananku saat di Turki, mereka terlihat sangat bersemangat, aku mempersiapkan layar serta perlengkapan untuk memutar video serta foto-fotoku waktu di Turki. Dengan ruangan yang gelap  hanya terlihat video yang sedang bermain membuat kami berasa sedang menontot bioskop pribadi.
Perjalananku dari masjid sultan ahmed dan lainnya memang perjalanan yang singkat, namun mempunyai banyak sekali cerita di hidupku.

"Mbak, mbak tampan banget mbak kayak orang arab hidungnya mancung," bisik mbak yuli kepadaku.

Aku tersenyum manis. "Namanya Ahmed, bukan orang arab tapi itu muka-muka orang turki Mbak."

"Lah iya Turki maksudnya, ihh nanti anakku punya hidung yang kayak gitu. Kayak perosotan di tk."

"Perosotan di Tk? Haha, Mbak, Mbak," ujarku.

"Jadi ini Nak yang namnya tuutututr."

"Tour guide Ummi," sambar mbak Yuli.

Kami semua tertawa. "Iya Ummi, gitu kerjaannya tour guide."

"Oh... Harus pinter ya, andai ummi punya menantu kayak gini, hihi."

"Wah Janu cepetan kembali ke Turki, bawa orang itu ke sini," timpal Kakek.

Semua orang kembali tertawa.

Menantu? Sebenarnya sedikit lagi lelaki itu jadi menantumu mi, maafkan Janu belum bisa membawakan menantu untuk ummi. Do'akan Janu mi.

"Mbak Janu kok diem?" tanya mbak Yuli.

"Heh enggak kenapa-napa kok mbak," jawabku.

"Maafkan Ummi ya Nak, gara-gara Ummi kamu harus pulang, padahal kan ada beberapa hari lagi disana."

"Ummi, Janu jaug lebih seneng saat disamping Ummi."

***
Tengah malam yang sunyi, aku merenung sendiri menatap bulan yang sedang bersinar terang. Semua orang telah tertidur lelap, sedangkan aku masih belum bisa memejamkan mata, entah kenapa aku teringat Ahmed. Apakah yang dikatakan Pretty waktu itu benar? Apakah Ahmed tidak seperti yang aku kira? Ahh rasanya sulit memutar pikiran. Buktinya dia bersama dengan Dion, dia juga berbohong banyak kepadaku, masa aku akan menjadi orang bodoh untuk yang kesekian kalinya. Hatiku benar-benar gelisah dengan bayang-bayang Ahmed yang menghantui kepalaku, rasanya ada separu kebahagiaan yang hilang dari diriku.

January for günaydın cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang