Cara Membalas Budi

1 0 0
                                    

Target hari ini, aku harus menyelesaikan beberapa kosa-kata bahasa Turkiku agar aku bisa dengan mudah berinteraksi dengan orang sekitar, gawaiku bergetar beberapa kali, tetapi otakku masih fokus pada target utamaku hari ini.

Seharian aku fokus dengan hafalanku, semangat dan ditemani dengan cemilan pencair otak yang menjadi tongkat untuk mataku yang selalu mengantuk jika harus berpikir keras.

Kress, kresss.. Kriuk, kriuk.

Suara cemilan yang hancur lebur karena kunyahan dari gigi taring serta gerahamku seperti membentuk sebuah musik nyanyian penghilang kantuk, sesekali mata ini ingin hanyut dibawa mimpi namun aku berusaha melawannya dengan keras.

Lagi-lagi gawaiku berdering keras, aku pun memilih untuk mematikan jaringan data serta mematikan gawaiku untuk mode matikan daya agar tidak mengganggu konsentrasiku. Full seharian, ya aku tidak melaksanakan sholat karena memang sedang kedatangan tamu bulanan.

Hari ini aku habiskan semua waktuku untuk pelafalan, percakapan, kosa-kata serta rumus kalimat bahasa Turki.

Malam telah tiba, lambungku rasanya sudah menangis meminta jatah makanannya yang berat. Karena seharian aku hanya mengisisnya dengan cemilan dan juga air putih.

Badanku sudah mulai gemetar karena reaksi magh yang mulai menyerang. Aku memutuskan untuk keluar sebentar mencari makanan untuk makan malam.

Kerudung segi empat yang mana ujung kerudung aku masukkan kedalam jaket berlapis yang aku kenakan untuk melawan dinginnya cuaca malam hari.
Satu jaket saja rasanya tidak cukup bagiku jadi aku menggunakan dua jaket sekaligus. Sarung tangan serta kaos kaki menutup seluruh tubuhku.

Aku berjalan-jalan sambil mencari tempat jualan makanan untuk makan malam.

Ingatanku langsung saja teringat pada jajanan sandwich dengan isian ikan gurih yang pernah ku santap yakni balık ekmek. Seperti orang yang sedang mengidam, air liurku rasanya ingin menetes mengingat rasanya.

Setengah perjalanan, magh ku semakin akut, aku mulai tidak bisa menahan rasa sakitnya, tubuhku melemah, kerlap-kerlip lampu kota semakin lama semakin buram dari penglihatanku.

Brakk! Dunia gelap....

.
.
.
Cipratan air membasahi wajah dan kelopak mataku, aku berusaha membuka mata perlahan.

"Janu... Janu..." Semakin aku sadar, suara itu semakin jelas ditelingaku.

Mataku telah terbuka lebar, pandanganku jatuh pada sosok laki-laki berewok tipis yang sedang menatapku. "Ahmed."

"Janu." Ahmed memelukku tanpa sadar, mungkin karena rasa cemas nya.

Aku melepaskan pelukan Ahmed lalu berusaha duduk tegak.

Ahmed menatapku, aku pun melihat dua sosok anak kecil yang serta satu wanita yang kira-kira tidak jauh dari umur ummi.  "Ahmed apa yang telah terjadi?"

"Tadi kamu pingsan di jalan, untung anak anak ini langsung meneleponku dari HP mu," jelas Ahmed.

Aku memegang dagu kedua anak itu "Teşekkur ederim," ucapku dengan lembut.

Kedua anak itu mengangguk sembari tersenyum.

Wanita itu mendekati sambil membawa sebotol air di tangannya lalu berucap dengan bahasa Turki "Ini minumlah!" menyodorkan sebotol air.

January for günaydın cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang