"Ahmed hari ini kita ke mana?" tanyaku sambil mengiringi langkah kaki Ahmed.
"Ke tempat yang romantis," jawab Ahmed.
“Pierre loti cafe?” ujarku.
Ahmed menghentikan langkahnya. “Kamu kok tau?”
“Aku pernah kesana diajak Sulhan waktu itu,” ujarku.
“Yah sudah ke sana, terus kita kemana?” tanya Ahmed dengan wajahnya yang berkespresi sambil berpikir.
“Yaudah kesana lagi aja, aku suka tempat itu,” ucapku.
"Bener?" Ahmed meyakinkan.
Aku mengangguk lalu berbisik pelan. "Ahmed bisa ajarkan aku bahasa Turki?"
“Wah kamu mau belajar basa Turki. Tentu bisa Janu, ayo!” Dengan semangat Ahmed melangkah.
“Oh iya Janu, kemarin kamu ke Pierre Loti naik apa?” sambung Ahmed.
“Naik keret gantung,” jawabku yang sibuk mengeluarkan kamera dari dalam tas.
“Oke berarti hari ini kita jalan di jalan setapak yang ada di dekat pekuburan,” ucap Ahmed.
“Pekuburan? Serem dong.” Langkahku terhenti mendengar kata pekuburan.
“Nggak ada serem-seremnya udah ikut aja!”
“Pekuburan di Districk Eyüp merupakan salah satu pekuburan tertua dan terbesar dari jaman Ottoman di Istanbul. Banyak orang-orang penting di jaman Ottoman dimakamkan disini,” ujar Ahmed sambil melihat-lihat kuburan yang berada disebelah kanan kami.
“Ciri khas makam jaman Ottoman terlihat jelas yaitu kebanyakan mempunyai bentuk nisan yang panjang menyerupai tiang, di mana pada tiang tersebut bertuliskan alphabet ottoman,” sambung Ahmed.
Aku merekam video sambil mengikuti langkah Ahmed yang sibuk berbicara sambil menjelaskan, lalu aku memperjelas tulisan yang ada pada nisa-nisan itu “Alphabet Ottoman?" tanyaku.
“Iya Alphabet Ottoman atau Perso -Arabic yaitu campuran Persia-Arab di mana cara membaca dan menulisnya dari sebelah kanan seperti bahas Arab,” jelas Ahmed sambil menatap kearah kamera.
“Kalau bentuk ujung nisannya ini kok beda-beda, apa ada alasan untuk hal itu?” tanyaku yang masih fokus dengan pengambilan video.
“Tepat sekali, katanya setiap bentuk pada ujung nisan itu menandakan tentang jabatan mereka.” Ahmed mengelus dagunya dengan jari jempol dan telunjuknya.
Kami melanjutkan perjalanam kami menyusuri jalan setapak pada kuburan ini untuk menuju bukit Pierre Loti, setelah beberapa menit berjalan akhirnya kami sampai ke puncak bukit.
***
Hari ini adalah hari beruntung kami karena kami mendapat tempat duduk yang tepat mengarah pada selat Golden Horn.“Jadi kita mulai dari alfabet dulu ya!” ucap Ahmed sambil mengeluarkan gawainya. Aku mengangguk dengan ekspresi yang sangat bersemangat.
“Oke kita mulai, coba kamu perhatikan!” Ahmed memperlihatkan alfabet Turki yang berjumlah 29 huruf itu.
Aku memperhatikan "A, Be, Je....." ucapku sambil menunjuk tiap huruf.
Ahmed terkaget mendengarku mengucapkan tiap alfabet. “Wah udah bisa ternyata, kapan belajar?”
"Kemarin liat di video sama web gitu,” ucapku.
“Wah cekatan nih. Yaudah kita lanjut pada tahap berikutnya.” Ahmed menscrol gawainya sambil mencari materi pembelajaran berikutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/367120845-288-k152835.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
January for günaydın cinta
Ficção AdolescenteApa yang kau harapkan dari bulan januari? Puncak hujan yang memberikan ketenangan dari bisingnya gendang telinga yang telah rapuh untuk mendapati segala tanya dan kabar cela, atau sebuah sunyi yang tak kunjung reda tanpa suara tawa?