Laki-Laki Bermasket

1 0 0
                                    

Hari ini aku berjalan-jalan hanya sendirian, pergi ketempat favoritku di sini yakni Pierre Loti Hill/cafe. Ingin menenangkan pikiran, melihat buku milik Pretty kemarin, aku rasanya sangat antusias untuk menyelesaikan tulisanku.

“Aku juga ingin punya seorang pangeran, namun adakah satu pangeran seperti di negeri dongeng untukku?” gumamku sembari menatap golden horn.

Aku menepuk jidatku “Apaan sih Janu, kenapa kamu tiba-tiba bucin gini?” ucapku pada diriku sendiri.

Gawaiku bergetar tanda notif chat masuk, aku buka chat yang berada di bagian paling atas, chat dari Pretty.

[Dimana?]

Aku mengetik [Pierre loti cafe] terkirim.

[Pasti sama Ahmed, cie.. Cieee] Pretty kembali menggodaku.

[Aku sendirian Pretty]

[Aku kesana]

“Janu,” ada yang memanggilku.

Aku menoleh ke sumber suara. “Sulhan.”

Sulhan tersenyum kecil. “Sendirian aja?”

Aku mengangguk.

“Boleh gabung?” tanya Sulhan.

“Tentu,” jawabku pelan.

Sulhan duduk di kursi bersebelahan denganku, sama-sama menghadap golden horn.

“Janu, gimana?” tanya Sulhan dengan sedikit menoleh kearahku yang sedang berpura-pura sibuk menulis.

“Emm gimana apa?” tanyaku yang berpura-pura lupa.

Entah mengapa Sulhan yang biasanya ceria kini menjadi dingin seperti ini. “Yang waktu di masjid camlica,” ucapnya gugup.

Aku berusaha tenang “Oh yang itu, emm Sulhan aku..” Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Sulhan langsung berucap.

“Kalau kamu belum siap jawab, ya nggak apa-apa Janu, kamu boleh kok jawab kapan aja,” sambar Sulhan yang juga terlihat berusaha tenang. Aku tersenyum sembari mengangguk.

Hari ini berbeda dengan hari biasanya, dimana kami selalu tertawa ria. Saat ini kami hanya diam mematung dan sekekali menoleh satu sama lain.

“Sul.”

“Iya.”

“Aku boleh bertanya?”

“Tentu Sal.”

“Kenapa kamu bisa jatuh cinta kepadaku, sedangkan kita baru aja ketemu.”

“Aku pun tidak tau.”

Aku mengerenyitkan dahi “Maksudnya?”

Sulhan tersenyum manis. “Aku nggak tau Janu, saat pertama kali bertemu denganmu dan setelah itu ngobrol-ngobrol serta jalan bersama, rasanya aku itu kayak bahagia banget saat sama kamu, kayak ada aura yang beda gitu,”  Jelas Sulhan.

January for günaydın cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang