Di dalam toilet, aku mencari-cari jalan untuk bisa kabur dari penjaga dan mencari kamar bos Rambo.
{Gedoran pintu}
“Cepat!” penjaga mendesakku.
“Belum juga keluar,” teriakku dari dalam toilet.
Ada suara bincang-bincang dari luar toilet.
“Hey, di dalam tahanan katanya ada yang mengamuk,” ada suara dari luar.
“Kenapa?”
“Coba kamu cek sana, yang ini biar aku yang jaga.”
“Oke, makasih Bro.”
(Suara ketokan pintu)
“Janu, Janu ini aku Arga.” Sedikit terdengar panggilan dari luar.
“Arga,” ucapku pelan, aku pun langsung membuka pintu toilet dan nampak laki-laki berjaket tebal dengan memakai topi hitam.
“Ini Arga?” tanyaku meyakinkan.
“Baa.” Arga membuka topinya. Melihat Arga di depanku aku refleks memeluknya. “Arga kamu datang.” Aku merasa sangat lega..
“Sudah dulu bincang-bincangnya ayo cepet kita keluar dari sini!”
“Tunggu Ga, aku mau nyari kamar Bos Rambo dulu, di sana ada Mbak Yuli. Sama aku mau nyari Ibu sama Bapaknya Mbak Yuli,” ucapku.
“Yaudah kita mencar aja, tapi kamu hati-hati kalo ketangkep!” ujar Arga.
Aku mengangguk dan kami pun mulai berpencar. Dengan hati-hati aku melangkah dan memperhatikan sekitar. Seketika ada yang ingin lewat aku langsung bersembunyi, banyak sekali kamar di rumah ini.
Aku hanya berusaha mendengarkan dari balik pintu berharap mendengar suara mbak Yuli ataupun bos Rambo, pintu demi pintu kudengarkan, dan smpailah aku pada pintu yang paling besar di ruangan itu. Aku menempelkan dengan benar telingaku dan berusaha mengintip ke dalam dari lobang kunci pintu.
Ya benar, filingku benar itu adalah kamar bos Rambo, dan terdengar suara mbak Yuli yang berusaha mengusir Rambo. Namun pintu kamar sedang terkunci. Aku menggaruk kepalaku seraya berpikir.
Tidak sengaja aku menggaruk jepit rambut yang menjepit poniku.“Aha.” Aku memasukkan jariku kedalam jilbabku lalu melepas jepitan rambutku.
Berusaha kukorek kuncian pintu dengan jepit itu, berualang kali gagal dan pada akhirnya kunci terbuka. Rambo masih fokus pada mbak Yuli, dia berusaha merayu mbak Yuli dan tanpa ia sadari aku sudah berada dalam kamarnya.“Brak.” Botol minuman keras meluncur di kepala Rambo, Rambo memegang kepalnya yang meluncur darah.
“Mbak Janu,” ucap mbak Yuli yang melihat kehadiranku.
Rambo menoleh ke arahku dengan ekspresi wajahnya yang sangat marah.
“Kamu,” ucapnya sangat geram.Mbak Yuli menarik tangan Rambo yang ingin menuju kearahku. “Janu, pergi dari sini!” teriak mbak Yuli.
“Lepaskan!” Rambo memberontak. Dia betul-betul marah karna aku telah menggagalkan rencana bersenang-senangnya.
“Tidak, jangan sakiti dia,” mbak Yuli tetap membelaku.
“plak.” Rambo menampar mbak Yuli yang menyebabkan mbak Yuli terpental keranjang.
Aku sangat benci melihatnya, kini mataku tertuju pada sebuah pisau yang tergeletak di atas meja. Kuambil pisau itu lalu berteriak "Rambo, beraninya kau..”Aku berlari ke arah Rambo sambil menodongkan pisau.
“Kyak,” tanganku berhasil ditangkisnya. Kepalanya masih mengalir darah bekas botol minuman yang kuhempaskan tadi.
Rambo menggenggam erat lenganku dan tangannya siap meluncur pada pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
January for günaydın cinta
Teen FictionApa yang kau harapkan dari bulan januari? Puncak hujan yang memberikan ketenangan dari bisingnya gendang telinga yang telah rapuh untuk mendapati segala tanya dan kabar cela, atau sebuah sunyi yang tak kunjung reda tanpa suara tawa?