“Wah ini betulan perpustakaan?” Aku berputar pelan melihat bangunan yang sangat megah dengan pilar-pilar yang kokoh menjulang tinggi.
“Namanya juga perpustakaan kepresidenan, makanya megah,” jawab Sulhan. “Mau masuk atau cuman liat dari luar?” sambung Sulhan.
“Ya masuk lah,” jawabku.
“Sulhan, itu buat apaan?” tanyaku sambil menunjuk ke monumen buku di depan perpustakaan.
“Buat foto-foto. Kalau kamu mau, sini aku fotoin!” tawar Sulhan sambil mengulurkan tangan kanannya.
“Boleh.” Dengan senang hati aku menyerahkan kameraku lalu bergaya di dekat monumen buku itu. Beberapa gaya terekam di kamera dan aku merasa sangat puas menemukan tempat foto seunik ini.
“Ya udah, kita masuk!” ajak Sulhan.
“Sambil jalan, cerita dong Sulhan!” pintaku.
“Oke,” jawabnya.
“Perpustakaan ini dibuka pada tahun 2020 atas perintah presiden Erdogen.Perpustakaan ini luasnya mencapai 125.000 meter persegi dan dapat menampung hingga 5.000 pembaca sekaligus,” jelas Sulhan.“Kalau dalam bahasa Turkinya apa?” tanyaku.
“Millet kutuphanesi,” jawab Sulhan.
Saat masuk kedalam perpustakaan, mulutku menganga melihat kekaguman dari perpustakaan yang aku anggap lebih tepat sebagai istana. Ruangan yang sangat nyaman dan megah untuk para pembaca pastinya tidak akan bosan dan selalu ingin kesini. Ini adalah perpustakaan terbesar di Turki, dan letaknya tak jauh dari istana presiden.
“Sini!” ajak Sulhan.
Lagi-lagi aku ternganga karna kekaguman. “Ma syaa Allah,” ucapku. Saat melihat bola dunia raksasa yang ditaruh ditengah tengah ruangan membaca. Tersusun rapi buku-buku dan meja. Seluas mata memandang hanyalah sebuah buku dan kemegahan bangunan. Dipastikan para pecinta buku wajib kesini.
“Merhaba.” Sapa seorang wanita berambut sebahu dengan tumpukan buku di tangannya.
Sulhan berbisik ke telingaku. “Dia bilang hallo. Jawabannya, merhaba juga.”
“Merhaba,” ucapku.
“Janu perkenalkan, ini Pretty, seorang pelajar dari Australia.” Sulhan memperkenalkan wanita berambut sebahu itu padaku.
Wanita itu mengulurkan tangannya “Pretty,” ucapnya.
Aku menjabat tangannya. ”Janu,” jawabku memperkenalkan diri.
“Orang Indonesia?” tanya Pretty.
Aku kaget mendengarnya. “Wow bisa bahasa Indonesia?”“Dia bisa 6 bahasa Sal : Turki, Spanyol, Indonesia, Jerman, Inggris dan Roma,” ujar Sulhan sambil mengacungkan kedua jari jempolnya.
Pretty hanya tersenyum manis.
“Oh iya Pretty, ini orang yang aku bilang itu.” Sulhan menunjuk keaahku.“Maksudnya?” tanyaku yang sedikit bingung.
“Oh iya Janu, Sulhan bilang kalo dia punya teman yang lumayan hebat dalam menulis. Sulhan memintaku untuk mengasah kemampuan menulis mu,” jelas Pretty.
“Sulhan,” ujarku sambil menatap tajam pada Sulhan.
“Sayang Janu kalau kemampuan itu tidak diasah. Betul kan Pretty?” Sulhan mencari pembelaan.
“Betul kata Sulhan. Janu, mari kita duduk di sana!” ajak Pretty, aku pun mengikuti Pretty duduk di bangku yang telah disediakan perpustakaan.
“Semangat!” ujar Sulhan dengan ekspresi yang sangat semangat. Lalu dia mengambil satu buah buku dan duduk di bangku yang tidak terlampau jauh dengan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
January for günaydın cinta
Fiksi RemajaApa yang kau harapkan dari bulan januari? Puncak hujan yang memberikan ketenangan dari bisingnya gendang telinga yang telah rapuh untuk mendapati segala tanya dan kabar cela, atau sebuah sunyi yang tak kunjung reda tanpa suara tawa?