TAMAT

2 0 0
                                    

Hari ini kami akan berangkat ke Turki, semuanya telah siap sedia. Sebelum berangkat, kami mengunjungi Afgan, Arga dan ayah ke kuburan mereka.

Setelah dari kuburan Afgan, barulah kami ke kuburan ayah dan Arga.

Kuburan mereka berdua bersebelahan. “Ayah, Arga, kami hari ini berangkat ke Turki. Lihatlah kami semua bahagia banget, andai Arga sama Ayah juga ikut pasti kebahagiaan kami berlipat- lipat ganda.” Aku memegang nisan Arga dan nisan ayah.

Ummah menghampiriku. “Arga sama Ayahmu akan selalu ikut bersama kita kemanapun kita pergi. Karena mereka akan selalu ada di dalam hati kita.”

Selesai berziarah, kami langsung berangkat ke bandara dan lepas landas di Turki.

“Janu, Janu.” panggil Pretty di bandara.

“Pretty.” Aku langsung memeluknya.

“Aku sangat merindukanmu.”

“Aku juga Pretty.”

“Yuk kami antar ke rumah,” ucap Sulhan menawarkan.

  ***
“Wah gede banget rumahnya,” ucap kakek.

“Iya Kek, ini bisa buat lapangan bola dalam rumah,” sambung bapak.

“Sul, Pretty, ini penginapan apaan? Kayaknya mahal banget kalo tinggal di sini.”

“Ini bukan penginapan tapi ini rumah kalian,” jawab Sulhan.

Langkah kami terhenti. “Rumah?” spontan mbak Yuli terkaget.

“Iya rumah ini khusus untuk kalian di sini, biar nanti enak kalau mau bolak-balik ke Turki, jadi nggak sibuk mikirin penpenginapan lagi,” ujar Pretty.

“Tapi ini terlalu berlebihan Pretty,” ucapku.

“Tidak ada yang berlebihan Sal demi orang yang sangat dicintai.”

“Maksudnya?”

“Udah nanti aja, kalian istirahat dulu lah pasti capek kan?” Pretty mengubah topik pembicaraan.

Sulhan membantu kami menuju kamar untuk beristirahat.

Pretty menarik tanganku. “Ayo ikut denganku, ada yang ingin aku bicarakan.”

 
***

“Janu, ada yang ingin aku bicarakan tentang Ahmed.”

“Ahmed?”

“Iya, apakah kamu benar-benar membencinya?”

“Siapa yang tidak benci jika dibohongi Pretty? Aku hanyalah manusia yang bisa sakit hati karena sikap manusia. Tapi kemarin aku sadar, bahwa manusia tidak terlepas dari kesalahan, termasuk diriku sendiri. Jika dikatakan marah ya aku marah tapi jika diketakan benci.... Aku tidak bisa dan tidak boleh, sekarang aku belajar mengikhlaskan.”

“Ini dari Ahmed.” Pretty menyerahkan sebuah kertas kepadaku.

Wajahku menatap kertas itu penuh tanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

January for günaydın cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang