"Ahmed mana orangnya?" tanyaku yang gelisah menunggu hadirnya temen Ahmed yang akan mengenalkan islam pada Pretty.
"Tuuhh...!" Ahmed menunjuk pada sosok wanita yang berjalan menuju kami.
"Hai!" wanita itu melambaikan tangannya.
"Syaheena," ucapku dengan girang.
Syaheena menjabat tanganku dan juga tangan Pretty sambil tersenyum lebar.
"Sya, jadi dimana?" tanya Ahmed.
"Masjid Camlica." jawab Syaheena singkat.
Ahmed dengan Syaheena pun berjalan berdua di depan kami sambil asyik ngobrol dengan bahasa Turki.
Entah kenapa moodku rasanya menurun, padahal tapi moodku benar benar di atas rata-rata, seketika anjlok.
"Hei Janu," ucap Pretty.
"Hah ada apa, yuk jalan." Aku menggandenga tangan Pretty dengan muka masam, sesekali aku mengoping apa yang dua orang itu bicarakan. "Lagi ngetawain apa sih?" ucapku dengan ketus.
"Kamu kenapa Janu, tumben banget?" ujar Pretty.
"Heh enggak kenapa-napa kok," ujarku.
"Masa sih nggak kenapa napa, kok mukanya masam dan merah gitu?" Pretty mencubit pipiku.
"Merah, enggak kok." Aku melihat wajahku dari kamera gawaiku.
"Jangan bilang kamu lagi cemburu ye," ledek Pretty.
"Cemburu? Ngapain coba, apa juga yang dibuat cemburu?" elakku.
Cemburu? Apakah mungkin aku dalam keadaan cemburu? Kenapa moodku turun drastis melihat Syaheena dengan Ahmed yang tertawa bersama.
"Aduh panas banget ya di sini, aduh aduh." Pretty mengibas-ngibas tangannya.
"Kubilang aku nggak cemburu." Tanpa sadar aku berucap keras.
Syaheena dan Ahmed terhenti mendengar apa yang aku ucapkan.
"Cemburu?" ujar Ahmed.
Aku tertangkap basah, Pretty ternganga melihat ekspresiku. "Cemburu, siapa yang ngomong cemburu sih! Aku bilang cemberut."
"Ohh." Ahmed dan Syaheena kembali menghadap depan lalu melanjutkan jalannya.
"Hihi," Pretty tertawa kecil karena mengetahui kebohongan yang baru saja aku lontarkan.
Aku menempelkan jari telunjukku pada bibirnya. "Syuut, diam," ucapku pelan.
Pretty manggut-manggut sambil menahan tawanya.
***
Kami telah berada di depan masjid camlica, aku mengaktifkan google translate di gawaiku untuk jaga-jaga saat Syaheena menjelaskan."Ngapain, Sal?" tanya Ahmed.
Aku memperlihatkan google translate ku.
"Bukannya udah bisa bahasa Turki?"
"Belum semuanya, Ahmed."
KAMU SEDANG MEMBACA
January for günaydın cinta
Fiksi RemajaApa yang kau harapkan dari bulan januari? Puncak hujan yang memberikan ketenangan dari bisingnya gendang telinga yang telah rapuh untuk mendapati segala tanya dan kabar cela, atau sebuah sunyi yang tak kunjung reda tanpa suara tawa?