Dering telepon,,,
"Pretty aku ngangkat telepon dulu ya," ucapku.
"Silahkan."
{Hallo, Asllamu'alaikum Mbak Yul ada apa? Tumben nelpon siangan gini}
{Wa'alaikumussalam Mbak Janu, Ummi.. Ummi Mbak} dengan nada panik.
Aku mulai cemas {Ummi masuk rumah sakit}
{Innalillah, kenapa bisa dibawa kerumah sakit Mbak?}
{Ginjal Ummi}
{Ginjal Ummi kenapa?}
{Penyakit ginjal Ummi semkain parah dan perlu di operasi}
{Operasi?}
Aku tertegun sejenak, gawaiku terjatuh ke tanah. Pikiranku berselancar saat kejadian ayah pergi meninggalkanku dengan Ummi. Ruang operasi, rasanya itu adalah hal yang sangat berat bagiku, Ummi adalah satu-satunya yang ku punya.
"Janu, Janu kenapa?" suara Pretty terdengar samar.
Aku berusaha menyadarkan pikiranku kedunia nyata.
"Janu," panggil Pretty lagi yang menyadarkanku.
"Iya Pretty," ucapku.
"Kamu kenapa?"
"Aku mau pulang ke Indonesia Pretty, aku mau pulang sekarang."
"Pulang, kenapa Janu?" tanyanya lagi.
"Ummi, Ummi sedang sakit dan harus operasi," air mataku tidak bisa dibendung.
"Operasi?"
Aku mengangguk. "Ginjal Ummi sakit parah, aku harus pulang."
"Oke, Janu kamu tenangin diri kamu dulu, aku akan hubungi Sulhan buat bantu urus penerbanganmu balik ke Indonesia."
Aku menghela nafas. "Makasih, Pretty"
"Iya, iya, yasidah kita temui Sulhan!"
* * *
"Kamu yang sabar ya Janu, tenang aku bakalan bantuin kamu kok," ucap Sulhan.
"Pretty kamu urusin Janu dulu, hibur dia."
Pretty mengangguk pelan, aku duduk dengan pandangan kosong.
"Janu, kamu mau makan dulu?" tanyanya.
Aku menggeleng pelan.
"Gimana kalu kita ketempatmu dulu buat nyiapin semuanya buat pulang ke Indonesia," ucapnya.
"Iya," jawabku.
Kami pun pergi untuk mempersiapkan semua persiapan untukku pulang.
* * *
Pretty membantuku memasukkan semua barang-barangku kedalam koper, aku menatap keluar jendela nampaklah pemandangan kota Turki yang indah.
![](https://img.wattpad.com/cover/367120845-288-k152835.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
January for günaydın cinta
Fiksi RemajaApa yang kau harapkan dari bulan januari? Puncak hujan yang memberikan ketenangan dari bisingnya gendang telinga yang telah rapuh untuk mendapati segala tanya dan kabar cela, atau sebuah sunyi yang tak kunjung reda tanpa suara tawa?