Izuku berjalan gontai melewati lorong menuju kelasnya. Matahari sudah diufuk barat memncarkan semburat oranye. Dia menghembuskan napasnya lelah.
'Aku pasti kena omel Aizawa-sensei setelah melewatkan 2 jam pelajaran sore.' ratap Izuku miris. Ditambah lagi kejadian di ruang perawatan, otaknya seperti telah mengikuti lomba marathon 20 kilometer.
"All Might sepertinya ini bukan hanya sekedar mimpi. Ini adalah penglihatan."
"Apa maksudnya, Nezu?" Balas All Might.
"Tidak mungkin hanya kebetulan, All might. Midoriya dan aku bermimpi hal yang sama." Nezu menatap lekat manik hijau zambrut Izuku, "Seseorang sedang mengirim SOS melalui mimpi."
Izuku membulatkan matanya, "All might anak ini sedang menderita. Aku akan ikut menyelamatkan nya, All might."
"Tapi kita masih minim informasi. Orang-orangku yang menyelidiki tentang hal ini masih belum membuahkan hasil yang pasti. Kita berada di jalan buntu, Midoriya-shonen." Izuku mengepalkan tangannya, dadanya bergemuruh.
"Oh iya, Midoriya. Apa kau secara kebetulan mempunyai saudara?" Tanya Nezu membuat Izuku melongo.
"Tidak, Kepala sekolah. Aku anak tunggal." Balas Izuku.
Pertanyaan terakhir dari kepala sekolah terngiang-ngiang dikepalanya. 'Sebenarnya, apa yang terjadi?'
"Wah... Midoriya sudah sadar. Tadi itu kau hebat sekali." Izuku terkejut begitu membuka kelasnya, ternyata masih ada beberapa orang yang masih tinggal. Izuku terharu.
"Yah... Meskipun aku tidak tahu kau ngomong apa, tapi sepertinya tegang sekali. Kau jantan sekali!"
"Kau menghindari serangan Bakugo seperti pro."
"Pertandingan kelompok pertama membuat kami semua bersemangat tahu."
Izuku masih menatap satu per satu temannya dengan pikiran kosong.
"Yo. Aku Eijiro Kirishima. Yoroshiku~. Kau jantan sekali Midoriya."
"Hi! Aku Mina Ashido. Hindaran mu benar-benar hebat!"
"Aku Tsuyu Asui tapi panggil saja Tsu."
"Dan aku Sato."
"O-o-oh hi guys. Aku Izuku Midoriya. Yoroshiku~" balas Izuku mengenalkan diri dengan senyum tipis malu-malu.
Kemudian, Uraraka mendekat dengan wajah khawatir. "Deku, bagaimana lukamu? Apa masih belum sembuh?" Tanya Uraraka begitu melihat tangan kanan Izuku yang digantung.
"Oh ini, kata Recovery girl besok sudah sembuh sedia kala. Ini hanya untuk menghindari bergerak berlebih." Balas Izuku meyakinkan. "Tapi, Uraraka-san. Dimana Bakugou? Kau tahu?" Tanya Izuku lagi.
"Dia baru saja keluar kelas."
"Baik arigatou." Izuku langsung berlari keluar kelas menyusul Bakugou. Setidaknya dia akan membagi 'sedikit' rahasianya yang bahkan ibunya sendiri tidak tahu, atau belum.
"Kacchan!!" Panggilnya
"HAAAH." Bakugou ngegas.
Izuku menelan ludahnya keras. Telapak tangannya berkeringat gugup.
"A-aku mau bilang..." Dia menjeda menata kalimatnya sebaik mungkin. "Kacchan, a-aku dapat quirk ini da-dari orang lain. Tapi aku tidak bisa bilang dari siapa. Mu-mungkin kau berpikir jika ini konyol dan bodoh. Sekarang mungkin aku belum bisa mengendalikannya, ta-tapi suatu saat aku pasti bisa kendalikan quirk yang aku pinjam. Hingga nanti quirk ini menjadi kekuatanku sepenuhnya."
Izuku melihat Bakugou yang diam tanpa menyela kalimatnya, kemudian ia melanjutkan, "Aku akan melampaui dan bersaing denganmu secara sehat dengan quirk ini, Kaachan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking Redemption
Fiksi Penggemar°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°° Cover by: @zhaErza Saat Earth Wanda mengira dirinya sudah melakukan hal benar dengan menutup dan menghancurkan buku terkutuk Darkhold di seluruh semesta agar tidak ada Wanda-Wanda hitam yang lain, semesta sea...