Bab 29

44 10 0
                                    

Pagi hari di kediaman Todoroki.

Shoto sudah rapi sejak subuh tadi, pikirannya melayang. Diamatinya ponsel yang sejak kemarin pulang dari apartemen Midoriya itu. Belum ada balasan juga dari murid baru di kelasnya. Murid baru yang di hari pertamanya harus meregang nyawa karena serangan Villain.

Dia menghela napasnya, menguatkan tekadnya. Dia memakai sepatu luarnya.

"Kau mau kemana pagi-pagi ini? Bukanya sekolah libur?"

"Aku mau ke rumah sakit."

"Rumah sakit? Kau yakin?"

Shoto mengangguk.

"Wah... Kenapa tiba-tiba? Apa tidak masalah, tidak melapor dulu ke ayah, Shoto?"

Shoto menggeleng, "Tidak usah. Nanti repot." Ucapnya singkat membuat, kakaknya, Fuyumi Todoroki menghela napas.

"Kenapa baru sekarang kau berniat menemui ibu??!!!" Pertanyaannya dijawab dengan angin lalu.

Shoto terus melangkah meninggalkan kediamannya. Sepanjang perjalanan dia mengingat-ingat kejadian pahit di keluarganya.

Selama ini, Shoto berpikir jika kelahirannya yang membuat ibunya dikurung di rumah sakit, hingga ia beranggapan untuk tidak menemuinya.

Hanya saja perkataan All Might dan teman berambut hijaunya itu sedikit menyentil dirinya.

'Anak tidak bisa memilih siapa orang tuanya. Dia tidak bisa memilih terlahir dari siapa.'

Dan kalimat itu terus berputar diotaknya hingga dia memutuskan untuk menemui ibunya.

Membuka lembar baru dikehidupannya yang kelam. Lembar baru yang akan diisi dengan hidupnya sendiri.

Bagaimana bisa dia menjadi pahlawan jika dia sendiri tidak bisa menghadapi ketakutannya sendiri. Shoto tidak akan pernah bisa berkembang.

Dan disinilah ia sekarang, berdiri di depan pintu kamar dimana ibunya dirawat selama hampir 10 tahun. Dia masih bimbang dan takut. Bagaimana jika ibunya tidak menerima kehadirannya? Tapi surat yang ia dikirimkan ke ibu selalu dibalasnya dan begitu membaca balasan suratnya dari ibu, hati Shoto seperti dipeluk.

Mengambil napas dalam, dia membulatkan tekad. Ini adalah salah satu hal yang harus ia hadapi.

Tok... Tok... Tok...

Pintu terbuka, menampilkan sosok wanita anggun berambut putih, seperti sisi sebelah kanannya.

Ibu aku harus membicarakan banyak hal denganmu.

Ibu Shoto, Rei Todoroki, menoleh saat pintu kamar rawatnya dibuka. Senyumnya terkembang anggun, putra bungsunya yang selalu mengirim surat sekarang datang dihadapannya.

"Tadaima."

"O-okaerinasai."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Seeking Redemption Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang