Bab 17

61 9 0
                                    

"Ibu berangkat dulu, kalian berdua yang akur. Izuku berhenti menggoda adikmu itu. Istirahat kalian besok sekolah." Ucap Inko yang sudah bersiap rapi untuk pergi ke rumah sakit.

"Bu... Ibu bener-bener pergi hari ini? Bu... Aku ikut... Aku gak mau serumah sama Izukuuuuu~~~" Rengek Izumi memegangi sembari memegang kaki Inko.

"Hey enpitsu, kau tak cocok merengek-rengek seperti itu. Orang-orang tak akan percaya kalau kau berhasil menahan serangan Noumu." Kata Izuku sembari menekankan kata pensil disana.

"Lihat! Lihat Bu! Dia jahat!~~~" Rengeknya lagi dengan menunjuk-nunjuk Izuku dengan tatapan kesal.

"Sudah... Sudah... Ibu berangkat, Izuku jangan terus menggoda adikmu. Jangan lupa rumah dibersihkan anak-anak." Inko mengacak surai baru putrinya itu dengan gemas.

"Bu, nanti aku akan ke gereja di komplek." Ijin Izumi sambil bergelayut manja.

"Nanti aku antar." Sahut Izuku setelah menelan sarapannya.

"Gak perlu. Aku kesal. Aku tak ingin berdekatan denganmu."

"I love you too, imouto."

Izumi hanya mendecih.

"Iya, hati-hati ya... Istirahat kalian." Inko kini benar-benar meninggalkan Midoriya kembar berdua di rumah.

Keduanya sarapan dengan hikmat tak ada yang mau membuka suara.

"He kak, menurutmu quirk Shigaraki itu sejauh mana?" Tanya Izumi tiba-tiba.

Izuku meminum airnya dan memasang pose berpikir memasuki mode Midoriya analisis. "Quirk-nya aktif saat ia menyentuh sesuatu dengan telapak tangannya. Aku tidak memperhatikan apakah dari seluruh telapak tangannya atau hanya jari-jarinya saja. Hmm... Kulit Aizawa-sensei saat dipegangnya perlahan berubah warna abu-abu lalu mengelupas sedikit demi sedikit sampai daging dan tulangnya hancur, seperti rambutmu saat dipegangnya."

Izumi terdiam mendengar dengan seksama penjelasan kakak kembarnya itu. "Kalau aku membuat perisai seperti yang aku buat untuk Todoroki itu, apa dia bisa menghancurkannya?"

Izuku menggeleng dan mengendikkan bahunya, "Kita tidak tahu."

"Berarti kalau ketemu bisa dicoba, kan?" Tanya Izumi menyeringai akan idenya.

Izuku melotot horor, "Jangan gila, ternyata kau lebih nekat dan gila dari Kacchan!" Pekik Izuku.

Izumi mengangkat bahunya santai. "Kita tidak tahu kalau tak mencobanya, kan?"

"Tetap saja itu ide gila. Dan jangan coba-coba!"

"Iya iya..." Sahut Izumi mengerucutkan bibirnya melihat Izuku sudah memasang wajah garang.

Tiba-tiba dia teringat sesuatu.

"Kak, apa kau pernah jatuh cinta?"

Dan pertanyaan random Izumi membuat Izuku terjungkal dari kursi meja makan.

"Izukuuuu....!! Jangan matiiii....!"

Yah... Pagi ini, apartemen keluarga Midoriya penuh dengan drama.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Izumi duduk di kursi nomor dua di gereja yang sepi pengunjung, karena memang bukan hari untuk berdoa rutin. Rosario tergenggam erat diantara kedua tangannya. Matanya memejam dengan hikmat. Kepala yang bertudung mantilla itu tertunduk (dia tak sengaja melihat di galeri gereja dan membelinya. Menutupi rambutnya dan biar terlihat lebih hikmat). Hatinya berdesir mengalunkan setiap doanya.

Seeking Redemption Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang